Gemetar suaraku saat membaca puisi ini
Engkau yang kuteguhkan di hati
Namun engkau campakkan dengan luka sedemikian rupa
Akankah engkau akan memutus segala hrapanku?
Atau engkau akan membunuh aku pelan-pelan dengan harapan kepalsuan?
Sungguh engkau yang ku anggap jiwa penenang
Namun kurasakan di setiap kata dan senyummu
Hambar seketika merajut dalam keangkuhan
Duhai jiwa-jiwa yang terkapar
Tak tahukah engkau telah mejadi luka api?
Membakar di setiap puisi dan sajakku
Engkau memberi harapan
Namun harapan yang penuh dengan samudra air mata
Hebatkah engkau dengan wajah elokmu?
Namun wajahmu tak seindah hatimu yang terus membuat luka
Walaupun luka itu nampak perlahan-lahan
Namun luka itu mematikan di setiap nafas dan jiwaku
Sungguh hatimu bersembunyi di ribuan wajah
Engkau pandai mengambil peran yang tersembunyi
Hati ribuan wajah
Hati yang bersembunyi di balik harapan
Mati bersama aliran nanah
Menjadi luka tanpa pengampunan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!