Sepertiga malam gelap
Menyusuri dinding-dinding langit yang berhujan
Sepucuk surat kau kirim lewat Facebook
Ku baca perlahan-lahan
Sembari kubayangkan tentang sebuah sekuntum bunga mawar cinta
Mendarat di tubuh dan senyummu
Namun aku rasakan di setiap bait yang engkau tulis
Aroma tasbih mengarungi di setiap nafas dan detakan jiwamu
Tak terasa air mata ini
Mengalir deras menuju celah-celah sajadah yang mulai lusuh dan kusam
Ku usap air mata ini
Bersama bisikan bahasa ayat-ayat Tuhan
Aku membayangkan perjuanganmu
Begitu dalam menuju ibadah tanpa jeda
Perjuanganmu yang penuh dengan haru pilu
Menyusuri benteng-benteng keimanan yang mulai terkoyak
Karena keimanan selalu di uji dan di uji sedemikian rupa
Sampai nafas ini berakhir dalam peluk kesah
Bersama tangan-tangan Tuhan
Tuk dihadirkan di papan-papan kehidupan
Sepucuk surat Arina
Ku cerna di setiap nafas ini bergerak
Menuju bahasa diksi yang penuh haru biru
Perjuanganmu menuju kalimat Tuhan
Benar-benar di uji dalam penantian yang panjang
Lewat alunan do'a
Kusebut namamu lewat bahasa langit
Tuk dihadirkan kemudahan
Saat engkau berjuang menuju garis titik perjuangan yang tak pernah padam
Sebelum nafas ini berakhir selamanya
Sepucuk surat Arina
Jika engkau merasa lelah dalam berjuang yang penuh bara
Beristirahatlah! Bersama tanah dan udara
Menyapalah! Lewat bahasa langit dan do'a
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H