Kala aku menatap langit
Kulihat wajahmu jauh di atas angan-angan yang tak tersentuh
Bahkan mimpi saja aku tak berani
Bukan aku takut jatuh dari langit
Lalu aku berdarah dan luka
Namun yang aku takutkan lebih dari sekedar itu
Aku takut engkau jatuh air mata
Aku takut engkau terluka
Aku takut engkau meratapi tentang rasa yang penuh dengan derita
Hingga sampai engkau terjun dalam aliran luka yang begitu dalam
Sedalam nyanyian derita malam tanpa jeda
Karena jika engkau terluka
Segala obat sudah tak mampu merawat tentang tetesan air matamu yang jatuh
Saat malam gelap gulita di sepanjang sajadah ibadahmu
Langit Suhesti
Dengarkan! Bisikan jiwaku
Cinta tak harus menyapa
Biarkan! Cinta itu mengalir di setiap air mata ini jatuh
Seperti langit yang sedang turun hujan
Membasahi tanah-tanah lapang dan ladang
Tuk menyuburkan segala tanaman
Seperti air mataku hari ini
Biarkan! Jatuh menyuburkan segala langit hatimu
Langit Suhesti
Genggam tangan terakhirku
Aku berjalan dijalan yang berbeda denganmu
Engkau berjalan menyusuri sungai kebahagiaan
Sedangkan aku berjalan bersama gelap yang tak ada terang
Karena jiwa bahagiaku sudah kuserahkan untukmu
Sedangkan lukaku
Kan kubawa lari bersama puisi dan sajakku
Mengalir di tinta darah dan air mata
Langit Suhesti
Jika suatu saat engkau mengingatku
Aku berharap engkau selalu terjaga hati
Hati yang penuh bunga-bunga di langit rasa dan jiwa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H