Kegagalan Shin Tae-yong membawa juara team asuhannya, saat berlaga di puncak final Piala AFF U-23 menjadi sebuah catatan penting, bahwa pertandingan membutuhkan kecermatan dan kecerdasan dalam mengambil sebuah tindakan, baik saat di lapangan maupun saat di luar lapangan.
Shin Tae-yong membutuhkan penasehat yang mampu meramu tidak hanya skill, tetapi mengendalikan emosi menjadi catatan penting. Supaya di tengah permainan emosi seorang pemain harus terjaga dengan baik.
Belajar dari kekalahan Thailand U-23, bahwa Thailand secara skill tak diragukan lagi, tetapi emosi para pemain Thailand inilah yang mengakibatkan kekalahan saat melawan Garuda muda U-23 di semifinal Piala AFF U-23.
Maka Shin Tae-yong selaku pengasuh team Garuda muda membutuhkan kecerdasan dalam menganalisa di setiap langkah yang di ambil, supaya dalam mengambil keputusan tidak gegabah, seperti pertandingan di final Piala AFF U-23 mengambil keputusan yang kurang tepat.
Memberi keputusan seorang kiper sebagai penendang saat adu penalti. Sehingga seorang kiper mengalami kegagalan. Karena seorang kiper atau penjaga gawang saat adu penalti mempunyai beban berat dalam menjaga gawang, tetapi Shin Tae-yong malah memberi beban seorang penjaga gawang sebagai eksekutor dalam adu penalti.
Shin Tae-yong wajib fisik dan mental para pemain. Karena fisik para pemain sangat dibutuhkan dalam sebuah pergerakan saat bermain bola. Mengingat bermain bola menguras keringat dan menguras energi yang sungguh luar biasa.
Maka melatih fisik para pemain sepakbola Garuda muda merupakan sebuah keniscayaan yang tak dapat di tunda dan harus segera dilakukan dalam sesi pelatihan nanti.
Melatih mental juga wajib menjadi perhatian khusus Shin Tae-yong. Mengingat mental di lapangan sangat dibutuhkan, supaya para pemain sepakbola Garuda muda dapat bermain dengan baik dan menyenangkan.
Sekian tulisan singkat dari saya dan terima kasih atas kunjungannya.
