Puisimu hanya menyadarkanku
Akan sebuah luka yang menganga
Setiap puisi yang kau tulis membuat air mata ini jatuh
Kenapa engkau menulis puisi terus?
Buat apa tumpukan puisi luka?
Karena yang ada puisimu membuat hatiku yang pahit dan getir
Berhentilah! Menulis puisi
Puisimu peluh dan luka
Membuat jantungku semakin kencang berdetak
Karena puisimu penuh luka yang membakar jiwa
Hingga aku hancur lebur
Saat kau tulis puisi yang membut air mata
Membanjiri seluruh kota jiwa
Berhentilah! Menulis puisi
Puisimu membuat luka dunia
Makan semakin tidak enak
Tidur semakin tidak nyenyak
Sungguh aku tersika akan puisimu yang kelu
Hingga nafas ini sesak membacanya
Sampai aliran darah ini mengucur di segala jantung jiwaku
Jika engkau berhenti menulis puisi
Maka aku berharap ada damai di jiwaku
Namun jika puisimu engkau tulis sampai kata mati
Maka putus asa akan menyelimuti hati dan jiwaku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H