Mohon tunggu...
Khoirul Taqwim
Khoirul Taqwim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta

Peneliti Tentang Kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Karbala

19 Juli 2023   16:37 Diperbarui: 19 Juli 2023   16:39 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Darah ini mengalir di padang pasir
Debu bertebaran di udara
Aroma kematian menyengat penuh di penjuru semesta
Engkau tumpahkan darah Husain
Cucu nabi sang pejuang Islam
Kau bunuh dengan sadis tanpa ada nilai-nilai kemanusiaan
Sungguh jiwamu telah menabuh perang
Hingga peristiwa itu kan di kenang sepanjang zaman
Karena engkau sudah memutus kepala cucu Nabi tercinta
Engkau arak kepala cucu Nabi
Penuh dengan kebencian dan dendam
Namun kau tak sadar yang telah menggores darah di leher cucu Nabi tercinta
Bahwa jiwamu telah dikuasai nafsu Iblis
Hingga Tuhan kan membalas segala tetesan darah Husain di setiap yang jatuh di tanah lapang
Memenuhi ruang kesedihan dan air mata
Saat melihat kekejaman yang engkau pertontonkan

Karbala
Kisah kesedihan umat Islam
Menghadapi rentetan fitnah yang kejam
Hingga air mata dan darah ini mendidih
Setiap membaca kisah yang tertulis darah di Karbala
Darah cucu Nabi tercinta
Engkau yang telah menghilangkan nyawa
Sadarlah! Engkau telah membakar amarah umat Islam
Engkau telah melukai hati para pecinta cucu Rasulullah
Sungguh engkau selaksa Iblis berwajah manusia
Membunuh cucu Nabi penuh dengan keji
Langit tujuh hari dan tujuh malam berwarna merah
Menandakan amarah kepadamu
Ya! Kepadamu yang menumpahkan darah cucu Nabi di Karbala

Karbala
Kisah pilu cucu Nabi Muhammad
Bernama Husain telah di penggal oleh mereka di luar nalar
Kisah kekejamanmu
Menumpahkan air mata dan darah di tinta sejarah Islam
Engkau kobarkan amarah yang berapi
Menuju medan air mata dan medan darah

Karbala
Desiran hati ini pedih
Saat engkau berpesta memenggal kepala cucu Nabi tercinta
Ingatlah! Sejarah kejahatan mu
Kan selalu di kenang di sepanjang zaman
Sebagai sejarah hitam dan sejarah yang penuh nestapa dan air mata

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun