Kepala manusia juga begitu bertumpuk
Aku menghirup udara sore di kota tua
Aku ingin beranjak dari keramaian
Karena keramaian kurasakan begitu sepi dan ngilu
Sampai aku sulit menerka tentang arah jalan yang terus kutapaki
Bersama segenggam keyakinan yang masih membiru
Aku di kerumunan lalu lalang kendaraanKeramaian yang sepi
Itulah yang ku alami
Jalanan nampak ramai
Tetapi hatiku begitu sepi
Mungkinkah aku dalam kesadaran yang hilang kewarasan
Ataukah aku beda menerjemahkan tentang keadaan
Hingga nalar dan daya jiwaku
Bertabrakan dan berantakan
Keramaian yang sepi
Sebuah rasa di jantung hatiku
Tentang menerka sebuah hati yang terus melaju
Antara keramaian dengan sepi
Menjadi satu warna dalam jiwa dan nalarku
Karena keramaian bukan masalah berapa jumlah banyaknya
Tetapi hati yang sedang menerjemahkan keadaan
Hingga hati menjadi nyata sedang bertabrakan
Banyak orang bilang pasar keramaian
Tetapi jiwaku tetap merasa sepi
Menghantui di setiap detak nafasku
Keramaian yang sepi
Memenuhi alam bawah sadarku
Hingga aku sulit menerjemahkan sebuah keadaan yang terjadi
Karena keramaian dan sepi menjadi jiwa-jiwa yang membayangi
Hingga aku masuk di alam bawah kesadaran
Menari di antara daya nalarku dan di antara daya jiwaku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H