Luka ini masih segar
Air mata masih belum mengering
Darah ini masih mengalir di ubun-ubun
Engkau malah tega mengundang pernikahan
Saat hati ingin berharap denganmu
Namun semua terasa petir menyambar segala jantung
Sampai seluruh aliran darahku
Berhenti sejenak membaca undangan pernikahanmu
Bukan salahmu
Apalagi salah undangan
Tetapi ini murni kesalahan ku
Karena terlalu berharap kepada mu
Namun semua menjadi luka yang berkepanjangan
Hingga luka menyambar di ujung jiwaku
Sampai jiwaku yang remuk dan ambyar
Engkau tega mengundang pernikahan
Sementara besar harapan ku
Tentang cinta yang ingin ku perjuangkan
Namun saat diri sedang berjuang sampai hampir mati
Engkau meninggalkan perjuanganku
Hingga wujud tubuh ku nampak ada
Tetapi jiwa ku sudah mati seketika itu pula
Engkau tega mengundang pernikahan
Saat hati ini kering
Butuh siraman hujan
Namun yang datang malah hujan air mata
Hingga air mata membunuh segala jiwaku
Sampai aku mati rasa
Karena cinta yang diperjuangkan
Telah menjadi abu
Abu sebuah pengharapan yang membunuh segala detak jantung dan segala mimpi-mimpi ku tentangmu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H