Musim kemarau yang berdebu telah tiba
Bunga anggrek, sudah menjadi layu
Sementara aku masih berbaring di tanah-tanah yang kering
Sembari aku menghamburkan air mata duka
Gersang tanah yang dulu subur
Kini mulai menampakkan tanah yang kering kerontang
Berhamburan debu di udara
Menusuk rongga hingga sulit bernafas
Â
Kemarau yang berdebu telah tiba
Tanpa ada suara hujan dari awan
Nampak bunga mawar sudah tak berbunga lagi
Rumput sudah lenyap dan sirna
Sementara aku masih berbaring di tanah yang kering
Sembari menghayati alam
yang mulai tak bersahabat dengan kehidupan
Musim kemarau yang berdebu
Awan dan udara senyap
Air sudah mulai menghilang
Panas terik matahari
Menyinari dengan panas yang bertubi-tubi
Kulihat matamu masih seperti dahulu
Mengucurkan air mata di atas awan
Menuju penjara di hati dan jiwamu
Musim kemarau yang berdebu
Ujian yang membutuhkan ribuan kesabaran
Kepala menengadahkan langit
Menunggu sisa-sisa rahmat dan keberkahan
Menunggu air hujan datang
Seperti dedaunan berguguran
Mengisyaratkan alam sedang meminta titah dari Tuhan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H