Tatkala hujan tak berhenti
Sudah membanjiri di segala ruang
Engkau burung gagak tua
Telah berpuasa tak makan
Hingga waktu ajal menjemputmu
Engkau sudah tak mau membunuh mangsamu
Karena engkau sudah tak ingin darah berceceran kembali di mulut besarmu
Burung gagak tua
Sudah tak nampak di angkasa
Engkau menjemput kematian dengan puasa
Engkau sudah tak ingin menjadi gladiator yang mengeksekusi di setiap cengkeraman cakarmu yang kekar
Hingga waktu engkau menutup mata selamanya
Burung gagak tua
Perjalanan nafasmu
Sudah tak ingin bercampur aura darah
Hingga engkau memutuskan
Puasa dalam kematian
Burung gagak tua
Perjalanan sayapmu
Kini sudah tak terlihat memenuhi langit biru
Karena engkau sudah tiada
Bersama kematian jalan yang engkau pilih
Burung gagak tua
Sayapmu sudah tak berkembang lagi
Saat hujan deras mengguyur disegala tanah-tanah yang tandus
Kini basah kembali
Saat burung gagak tua
Berjalan bersama aliran nafas yang telah menjemput
Dengan jalan yang engkau pilih
Menuju jalan kematian
Puasa tanpa makan
Engkau mengakiri kehidupanmu yang telah lama
Beraroma darah mangsa yang telah engkau binasakan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!