Kubaringkan wajahku di jalanan aspal yang hitam
Kuhembuskan udara terakhir sebelum aku menjadi mayat
Kutaburkan bunga-bunga kematian
Atas nama ego kemanusiaan
Ego jagoanku tak pernah surut dan padam
Selaksa api yang membakar seluruh tubuh dan wajahku
Aku pendekar jalanan
Kuhitamkan dengan nyanyian organisasi yang kubanggakan
Hingga segala musuh sirna di telan nyanyian aspal yang hitam
Aku tak peduli antara nyawa melayang atau jasad yang hilang
Aku tetap bertempur sampai nyawa sirna melayang
Hingga kubuat hitam seluruh jalanan
Hingga kubuat kota penuh kobaran api
Sampai kobaran api membakar seluruh kota dan jalanan
Aku pendekar jalanan
Bagiku mati atau hidup sekarang sama saja
Bagiku lari dalam peperangan ini malam, adalah: aib terbesar
Lebih baik hidup tanpa jasad
Daripada mundur walau hanya selangkah
Udara malam menusuk seluruh tubuhku
Aku tetap dijalanan
Bersama bising knalpot yang meraung-raung
Selaksa Harimau yang keluar dari kandang
Atas nama pendekar jalanan
Terus melakukan konvoi
Tak peduli antara kematian dan kehidupan
Sudah menjadi tabiat api dan abu
Terus membakar diseluruh jalanan dan kota
Hingga jalanan hilang tak bertuan
Sampai nafsu Iblis masuk diseluruh otak dan tubuh sangkakala
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!