Mohon tunggu...
Khoirul Taqwim
Khoirul Taqwim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta

Peneliti Tentang Kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Manusia Kapal

6 Agustus 2022   20:35 Diperbarui: 6 Agustus 2022   21:46 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto pixabay.com

Kulihat dari jarak pekat

Kudengar dari angin landai di waktu senja

Kisah manusia kapal para pencari suaka dari tanah bara api

Tanah yang luluh lantak dikarenakan salah urus sebuah tatanan

Tak sedikit anak-anak sampai lansia mencari selamat

Begitu juga para pemuda dan pemudi

Hingga orang dewasa

Mereka mencari selamat

Lewat kapal yang di tumpangi

Berharap ada suaka dari sisa-sisa nafas yang hancur dari tragedi ekonomi

Berubah menjadi tragedi kemanusiaan

Demokrasi diberangus yang ada kediktatoran tanpa batasan

Lalu dikendalikan sebuah tatanan dengan cara-cara tangan besi

Manusia kapal

Engkau mencari suaka

Sisia-sisa nafas dan tubuh-tubuh yang mulai layu

Masih berjuang untuk bernafas hari esok

Menjadi manusia kapal

Salah satu dari pilihan yang terakhir

Hingga tak jarang manusia kapal harus menutup mata di tengah-tengah lautan yang bergelombang

Karena menjadi manusia kapal perjuangan yang melelahkan

Penuh luka dan air mata

Mengiringi nafas perjalanan

Manusia kapal

Mereka para pencari penyelamat

Mencari secercah cahaya yang lama dirindukan

Sebuah tanah yang dahulu di injak telah di rampas oleh tatanan kedzaliman

Hingga menjadi manusia kapal dari pilihan yang terakhir

Mereka dari para pencari suaka

Menuju negeri impian yang diharapkan

Lebih baik dari kehidupan tanah yang di injak sebelumnya

Manusia kapal

Mereka para pejuang

Mencari kehidupan yang layak

Karena udara dan air yang dulu menjadi nafas kehidupan

Telah di rampas oleh mereka yang punya tabiat keserakahan

Manusia kapal

Mencari jalan kehidupan baru

Menuju mimpi-mimpi udara dan air yang bebas

Hingga menuju tanah yang menjadi idaman

Semua penuh dengan perjuangan

Antara air mata dan darah menyertai di setiap detak nafas-nafas manusia kapal

Sang pencari suaka kedamaian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun