Mohon tunggu...
Khoirul Taqwim
Khoirul Taqwim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta

Peneliti Tentang Kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Air Derita Membasuh Tubuh

24 Juli 2022   13:06 Diperbarui: 24 Juli 2022   13:16 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tubuh yang sudah kaku
Perut yang sejak kemarin sore belum memenuhi ruang makan
Kini hanya tulang belulang
Tinggal di dalam tubuh
Kekurangan makanan sudah menjadi tabiat hidup
Anak yatim yang di tinggal bapaknya
Ibunya juga menyusul tiada
Hingga hidup sebatangkara di temani musim hujan dan musim kering
Berganti musim tetap sama saja
Derita menghampiri tulang-tulang yang lapar

Derita kekurangan makanan
Menyembul di ubun-ubun
Air mata sudah kering
Sejak di tinggal ayah dan bunda
Air derita membasuh seluruh tubuh
Kekurangan makanan anggap saja perut sedang puasa
Biar tubuh tinggal tulang belulang
Tetapi semangat hidup menjemput roda kehidupan
Masih ada di celah keyakinan yang mulai pudar
Namun keyakinan tumbuh kembali di saat mendengar roda kehidupan itu berputar
Walupun entah kapan roda kehidupan di atas
Paling tidak satu keyakinan masih ada di dalam dada

Air derita membasuh tubuh
Mewarnai rasa perut yang kosong
Rasa lapar di anggap sebagai kebutuhan puasa
Namun semangat hidup masih membara
Menuju celah-celah keputusasaan
Tetapi semangat hidup terus dikobarkan di dalam jiwa atma
Semua butuh proses menuju keberhasilan kehidupan

Air derita membasuh tubuh
Hidup yatim piatu
Namun semangat hidup masih ada
Bahkan masih menyala
Sembari menunggu putaran roda
Akankah roda tak berputar
Namun dalam hati kecil
Roda kehidupan pasti berputar
Bersama takdir Ilahi
Karena hidup bagian dari perjuangan yang harus dituntaskan
dengan keikhlasan dan penuh kesabaran
dalam menghadapi segala keadaan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun