Mohon tunggu...
Khoirul Taqwim
Khoirul Taqwim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta

Peneliti Tentang Kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Membangkitkan Orang Mati

22 Juli 2022   18:50 Diperbarui: 22 Juli 2022   18:54 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kalau saja aku di beri kuasa
Membangkitkan orang mati
Aku akan mengelilingi pemakaman
Aku bangkitkan terlebih dahulu Bapakku
Dia akan aku tanya
Apakah krasan disana?
Koh lama gak kirim kabar
Apakah di sana masih berdagang seperti waktu di dunia?
Berdagang sandal dan sepatu
Hingga kupeluk dia dan kubisikkan, "aku kangen Bapak sudah lama kita tak jumpa"
Terima kasih Bapak telah merawatku penuh tanggung jawab yang luar biasa
Bapak meninggalkanku di saat aku membutuhkan biaya pendidikan
Hingga kuliahku terombang-ambing dan menjadi mahasiswa abadi
Karena terbentur biaya saat itu

Lalu aku membangkitkan Bundaku
Sambil kupeluk dia
Aku tanyakan bagaimana keadaan Bunda disana?
Apakah baik-baik saja?
Bunda apakah krasan disana?
Bunda apakah masih masak sayur asam?
Bunda apakah masih membuat sambal lele goreng?
Hingga terakhir kubisikkan, "Bunda aku rindu peluk kasihmu"
Seperti aku bayi dahulu kala
Engkau jaga dan engkau membimbingku dengan keindahan

Lalu aku bangkitkan Nenekku
Kusambut tangannya yang sudah renta dan aku dudukkan di kursi ruang tamu
Lalu aku bisikkan di telinganya. "Nenek salam hormat dari cucumu"
Nenek meninggalkanku di waktu aku masih kecil
Aku mengingat wajah nenek masih lamat-lamat
Karena aku terlalu kecil waktu itu
Saat Nenek meninggalkanku di semesta rindu yang ranum
Nenek tidak kutanya tentang keadaan disana
Tetapi aku hanya mengucapkan terima kasih kepada nenek yang dahulu ikut merawatku
Namun aku belum sempat membahagiakannya

Lalu aku bangkitkan sahabatku dari pemakaman
Aku tanya sederhana tentang dia disana
Apakah masih main bola disana?
Seperti dahulu kala
Saat kita mengejar bola sambil hujan deras mengguyur kita
Hingga kita basah kuyub
Waktu itu keadaan yang sangat indah
Namun kini engkau telah tiada
Hanya keikhlasan yang ada dalam diri
Sebagai bentuk tunduk dan patuh kepada ketetapan Ilahi

Lalu semua di pemakaman aku bangkitkan
Hingga kututup dengan beberapa kata, "Aku minta maaf kepada kalian semua"
Jika ada salah dan tanduk lakuku
Aku juga minta maaf
Karena membangkitkanmu dari kubur
Hingga malam sudah membumbung tinggi di langit gulita
Aku kembali istirahat
Setelah lelah pergi kepemakaman
Aku tidur kembali dan melanjutkan mimpi-mimpi indahku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun