Mohon tunggu...
Khoirul Taqwim
Khoirul Taqwim Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pascasarjana UIN Raden Mas Said Surakarta

Peneliti Tentang Kemasyarakatan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Bukan Darah Eropa

11 Juni 2022   19:00 Diperbarui: 11 Juni 2022   19:02 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Semerbak harum bunga melati
Kuhirup sejak sore tadi
Ingatkan tentang alam yang membumi warna keajaiban
Walau tak jarang nestapa mengiringi langkah sebuah jalan
Namun itulah rotasi yang menjadi sebuah kehendak alam

Senja
Ingatkan sebuah asa
Tentang sebuah karya tulis
Mereka orang-orang Eropa, Timur tengah atau mereka bangsa Yahudi
Yang mempunyai daya estetika di menara keajaiban
Lalu aku mulai bangun dari tidur panjangku
Bahwa aku bukan darah Eropa yang pandai meluluh lantakkan kata
Bukan juga dari bangsa Yahudi yang mampu meratakan dunia dengan bahasa
Bukan juga bangsa Timur Tengah yang mempunyai budaya tulis tinggi
Apalagi dari mereka golongan bangsa-bangsa yang pandai menulis kitab suci
Namun aku lahir hanya dari pulau kecil dari bangsa timur
Yang Mencoba menggores sebuah kata
Walau tak seindah mereka para penulis Eropa

Aku bukan darah Eropa
Selaksa Albert Camus yang pandai menyusun prosa
Selaksa ketukan halilintar menyambar dinding-dinding sebuah jiwa
Menggetarkan bah hantu yang menghantui bangsa-bangsa dunia
Dengan daya tulis magis prosanya
Bukan juga seperti Kahlil Gibran
Yang mampu menulis estetika kesucian
Mendobrak segala arah jalan keduniawian menuju jalan kedamaian
Apalagi Jalaludin Rumi setiap kata yang mampu menghias imagi
Menuju alam kayangan ukhrowi

Aku lahir dari pulau kecil
Bangsa timur yang penuh dengan kedamaian
Walau aku bukan lahir dari bangsa-bangsa dunia
Yang pandai menyusun ribuan lembar aksara dan huruf
Namun aku berusaha tertawa kecil
Walau hatiku sedang terluka
Melihat keadaan yang terkadang jauh dari tunggang langgang dari mimpi-mimpi kehidupan
Namun biarlah bahasa dan kata-kata
Yang akan memberi isyarat sebuah hati
Menuju aliran aksara yang tumbuh kembang bersama pohon dan daun-daun kehidupan nestapa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun