Mohon tunggu...
Khoirul Mustofa
Khoirul Mustofa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa KPI

Menulis Akan Memperpanjang Umur kunjungi juga blog saya pribadi kita akan menjelajahi tata cara yang baik dalam berkomunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ujian Hidup Manusia terhadap Harta (Part 1)

18 November 2020   00:24 Diperbarui: 19 November 2020   12:05 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber : Pexels/ Andrea Piacquadio)

Di dunia yang serba materi ini, berbagai penawaran barang mewah senantiasa menghantam pemikiran kita supaya segera untuk membelinya. 

Barang/ materi seakan-akan bisa berbicara, "Wahai manusia kejarlah aku ini, jika kalian mendapatkanku maka hidup kalian saya jamin bahagia. Kalo tidak percaya lihatlah orang-orang yang banyak materi, hidupnya enak semua keinginan bisa terpenuhi."

Materi memberikan pesan kepada orang-orang yang tidak mengejarnya, orang yang hidup sederhana dianggap sebagai orang pinggiran, tidak keren, norak, tidak banyak fans, dan hidupnya tidak bahagia, karena tidak bisa menikmati barang secara berlebihan. Begitu kiranya realitas keadaan manusia yang sekarang ini, nilai kebendaan lebih unggul dari pada nilai yang tidak nampak. 

Kecintaan terhadap materi telah membawa diri manusia ke jurang ketamakan, hidup dikerahkan untuk mengejarnya hingga dia lupa siapa yang memberikan materi tersebut. Hidup untuk makan bukan makan untuk hidup, sekilas bahasanya seperti itu. 

Perhiasan dunia memang sangat menyilaukan hati kita, sampai mata kita sudah tidak bisa lagi melihat yang namanya kebenaran karena sangat silaunya. 

Orang miskin dengan berbangga telah menukar agamanya untuk materi, katanya, "Jika tidak kerja begini mau makan apa anak-anak saya dan bagaimana untuk membeli obat untuk suami saya yang sakit" Karena peliknya masalah ekonomi membuat orang dengan mudahnya berganti-ganti kepercayaan, siang beriman malam kafir atau pagi kafir sorenya beriman. 

Sungguh sengsara yang namanya miskin iman dan harta itu? Di dunia sudah susah karena tidak bisa menikmati barang mewah dan di akherat juga mendapatkan siksa yang pedih. Lebih enak kaya harta tapi miskin iman! Di dunia bisa berpoya-poya dengan menghamburkan harta benda walaupun di akherat menderita. 

Kalo miskin mana bisa menikmati kebahagian dunia, buat makan saja susah apalagi beli rumah mewah. Sampai ada buku yang berjudul Tuhan Ijinkan Aku Menjadi Pelacur! Sungguh buku dengan judul yang fenomenal, pertanyaan seakan-akan ada sesuatu masalah pelik yang sudah tidak ada opsi lagi untuk mencari pekerjaan yang baik, dan hanya ada pekerjaan yang buruk untuk bisa menyelesaikan masalah hidup, karena hal demikian kemudian Allah seakan-akan telah memberikan ijin untuk berbuat perkara kedosaan. 

Begitulah kondisi sekarang, dimana keyakinan akan kebenaran memiliki harga yang murah, hingga sampai bisa diperjual-belikan. Berbagai berita tentang seorang pekerja haram dengan penuh kepercayaan, menyampaikan bahwa perbuatan mereka bisa dimaklumi oleh Tuhan, mereka beralasan karena keadaan ekonomi yang membuat terjun ke lubang kemaksiatan. 

Ternyata kebutuhan akan materi yang sebenarnya sesuai fitrah setiap manusia, dijadikan sebagai alasan dasar perbuatan yang buruk. Benarkah pendapat demikian? Tertarikkan kalian tentang kenapa harta bisa menjadi ujian? Bagaimanakah orang yang bisa berhasil dan tidak lulus ujian akan harta? Dan terakhir bagaimana agar kita lulus ujian? 

Bersambung...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun