Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Latif
Muhammad Khoirul Latif Mohon Tunggu... Mahasiswa - UIN WALISONGO SEMARANG

Perkenalkan saya Muhammad Khoirul Latif saya sedang melaksanakan studi pendidikan matematika di Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dandangan sebagai Budaya Masyarakat Kudus Menjelang Puasa

12 Juni 2023   13:18 Diperbarui: 12 Juni 2023   13:24 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam keanekaragaman budaya, banyak tradisi yang tersebar diberbagai daerah di Indonesia termasuk didalamnya tradisi yang berbau agama Islam. Tradisi merupakan kebiasaan turun temurun yang masih dipraktikkan di masyarakat. Sebelum kedatangan Islam, penduduk pulau-pulau Indonesia dikenal dengan barbagai macam agama. Hal inilah yang membuat penyebaran agama Islam pada masa itu tidak dapat dipisahkan dari adat-istiadat yang telah berlangsung. Hal tersebut tidak dapat dihilangkan namun memerlukan proses yang lama yang menghasilkan akulturasi antara ajaran islam dengan adat yang ada di Indonesia, seperti halnya tradisi-tradisi dalam menyambut ramadhan diberbagai daerah salah satunya, yaitu Dandangan di Kudus, Munggahan di Jawa Barat, Megibung di Bali, Dugderan di Semarang, Padusan di Boyolali, dan sebagainya.

Di Kudus sendiri tidak asing lagi dengan tradisi dandangan, Dandangan berasal dari kata Ndang, yang diperoleh dari bunyi/suara Bedhug yang ditabuh, sehingga mengeluarkan bunyi Ndang-Ndang (ayo) yang didengar oleh semua masyarakat Kudus maupun diluar Kudus untuk datang dan berbondong-bondong berkumpul di Masjid Menara guna menerima penjelasan dari Sunan Kudus dalam rangka menyambut datangnya Bulan Suci Ramadhan (Khasanah, 2011).

adapun sejarah dandangan yakni ketika Pengumuman datangnya bulan Ramadhan disambut dengan suka cita oleh para santri dan masyarakat yang hadir saat itu. Mereka juga bersiap untuk melaksanakan salat tarawih dan sahur pertama. Kebutuhan makan sahur kemudian dihentikan oleh warga sekitar Masjid "Al Aqso", Menara Kudus untuk berjualan makanan, sehingga munculah pasar dadakan yang kemudian disebut Dandangan. Dandangan sendiri diadakan 10 hari sebelum menginjak bulan suci Ramadhan. Seperti yang kita tahu bulan Ramadhan merupakan bulan suci bagi umat islam dimana amalan baik dilipat gandakan, maka dianjurkan menyambut kedatangan bulan Ramadan dengan penuh kebahagiaan dan suka cita. Chamami (2015) mencatat sebuah ujaran khas orang Kudus dalam menyambut Dandangan sebagai berikut “Nek durung melu dandangan, kurang sah posone; kalau belum ikut dandangan, puasanya kurang sempurna”. Tradisi Dandangan merupakan bukti nyata bahwa masyarakat Kudus yang sangat mengedepankan kebersamaan, kerukunan, saling menghormati dan kerukunan. Yang ikut memeriahkan bukan hanya dari kalangan islam tapi juga non-islam itu merupakan sebuah wujud toleransi antar umat beragama Tradisi Dandangan menjadi motor penggerak kebangkitan ekonomi kelas menengah. Tradisi Dandangan menunjukkan bahwa ada hubungan antara kehidupan sekuler dan kehidupan akhirat. Tradisi Dandangan menggambarkan suasana batin masyarakat menyambut bulan Ramadhan dengan suka cita dan semangat. Tradisi dandangan identik dengan makanan-makanan yang memiliki arti bahwa selama satu bulan Ramadan kita akan menahan lapar dan dahaga.

فلقوله صلّى الله عليه وسلّم :(( إِذا جَاءَ رَمَضَانُ، فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الجنَّةِ، وغُلِّقَت أَبْوَابُ النَّارِ، وصُفِّدتِ الشياطِينُ )).

Dari kutipan hadits kitab Maqasid As-Shoum adalah ketika datang bulan ramadan pintu-pintu surga akan dibuka, pintu-pintu neraka akan ditutup, dan setan dibelenggu. Sehingga dapat dikaitkan dengan adanya tradisi-tradisi menyambut bulan Ramadan bahwa kita akan kedatangan bulan yang istimewa untuk ladang kita sebagai umat Islam untuk beribadah.

Maka dari itu tradisi dandangan perlu dilestarikan oleh masyarakat Kudus karena memiliki segudang manfaat salah satunya meningkatkan perekonomian masyarakat Kudus. Dan tradisi ini merupakan warisan dari Sunan Kudus yang perlu di jaga dan dilestarikan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun