Mohon tunggu...
Khoirul Khuluq
Khoirul Khuluq Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Someone who care about Indonesian talent

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Lowongan Banyak Kok Pengangguran Juga Banyak

6 Juni 2014   17:59 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:01 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Data dari BPS tahun 2013 pengangguran 7,39 juta orang sementara itu lowongan yang harus diisi jumlahnya tidak kalah  banyak (data tidak tersedia). Saking sulitnya cari orang kerja di Indonesia ada sekitar 100 perusahaan recruitment yang dibayar perusahaan untuk membantu cari orang kerja.

Jadi ada gap antara skill yang diminta dengan lowongan yang tersedia. kalau gapnya terlalu tinggi antara skill yang diminta dan candidate yang tersedia maka dengan terpaksa kita cari orang luar untuk mengisi lowngan tersebut. Makanya ada sekitar 50 ribu orang asing bekerja di Indonesia (48.002/2013 ref:Kemanakertras).

Kalau kita bener-bener mau mengurangi pengangguran, harusnya pendidikan dan pelatihan yang tersedia harus sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja. Pendidikan kita pada tingkat SMK dan PT harus sudah pakai kurikulum yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan dari perusahaan. Berapa banyak investor asing yang mengeluhkan produk dari universitas kita yang tidak siap kerja. Lulus dari universitas hanya siap untuk dikerjain (belajar dari nol) dan komunikasi dalam bahasa inggrispun sering menjadi kendala.

Kalau saya lihat-lihat, kenapa universitas kita hanya siap dikerjain karena memang universitas kurang awal dalam menentukan konsentrasi. Misalnya, dalam fakultas ekonomi dengan jurusan manajemen mereka akan ambil konsentrasi ketika semester-semester akhir. Harusnya dari semester satu mereka sudah konsentrasi dalam bidangnya masing-masing misalnya ambil konsentrasi Manajemen SDM, Keuangan atau Pemasaran. Sehingga mereka sudah ahli ketika lulus kuliah. Apalagi kalau ditambah program magang 2 semester maka mereka akan dengan sendirinya diterima ditempat kerja setelah kuliah bahkan sebelum lulus sudah dibidik sama perusahaan karena record yang bagus selama kerja setahun. Lulus mereka bukan lagi Fresh tapi sudah mengantongi pengalaman satu tahun didunia kerja. Bukan lagi siap dikerjain.

Untuk kendala komunikasi dalam bahasa inggris, ada 2 cara yang bisa dipakai. Universitasnya 100% pakai bahasa inggris tapi setahu saya hanya ada satu di Indonesia itupun kurang disetujui rumornya oleh pemerintah karena harus ada bahasa Indonesia. Ok kalau begitu banyakin saja pertukaran pelajar sehingga akan banyak mahasiswa luar yang belajar di Indonesia dan sebaliknya. Dengan lingkungan yang beragam dari berbagai negara akan memaksa dan membiasakan mahasiswa untuk hidup dilingkungan yang global. Tidak ada lagi orang yang Grammarnya bagus tapi tidak bisa ngomong. Biasanya karena sudah grogi duluan.

BLK yang ada - 13 BLK milik pusat, dan 252 BLK provinsi saya yakin berperan aktif tapi masih kurang efektif buktinya masih ada kejadian seperti itu. Transfer knowledge yang diwajibkan Menakertrans juga tidak efektif. Mana ada orang asing yang mau rela transfer ilmunya ke orang kita.

Selain jumlah lowongan cukup banyak kita harus sudah mulai mempercayakan orang indonesia untuk mengganti orang asing. Kedepan prediksi saya karena minyak kita sudah mau habis, akan banyak proyek di energy terbarukan (geothermal, dst) dan proyek offshore yang deep water. Lulusan Engineer kita harus sudah disiapkan untuk proyek-proyek tersebut mulai saat ini. Sudah banyak sebenernya tapi harus diperbanyak dan dijadikan expert dibidangnya sehingga ketergantungan kita sama orang asing akan berkurang. Jangan ada lagi lulusan sarjana yang hanya jadi tenaga administrasi karena ini bisa dikerjakana oleh anak-nak SMA/SMK yang tidak bisa melanjutkan kuliah.

Memang diperlukan Presiden yang mampu menjembatani antara Menakertrans, Mendikbud, ESDM dan kementrian terkait sehingga program kerja yang  dibuat bersinergi dan salaing mendukung. Bukan saling berseberangan dan saling menyalahkan. Semoga kita akan jadi negara yang besar dan berdikari tidak lagi bergantung dengan impor minyak, kekurangan listrik dan banyak pengengguran.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun