Pemerintah Indonesia, lewat menteri BUMN kala itu, siapa lagi kalau bukan Dahlan Iskan. Dengan gayanya yang nyentrik nan sederhana sempat membuat heboh negeri ini. Siapa yang tidak ingat Tucuxi? Mobil listrik dengan body mobil sport yang pengerjaannya dilakukan oleh anak bangsa. Danet Suryatama, alumnus ITS dan University of Michigan sekaligus pendiri pabrik mobil listrik yang berpusat di Amerika.
Beliau merupakan salah satu pembuatnya, bersama dengan putra petir Indonesia. Ricky Elson yang kala itu tengah bekerja di Jepang pun dipanggil pulang ke tanah air.
Sempat digadang-gadang bakal menjadi cikal bakal mobil listrik karya anak bangsa. Tapi naas, mobil yang masih berstatus test drive tersebut mengalami kecelakaan.
Tak tanggung-tanggung, saat itu mobil tengah dikendarai sang empunya sendiri, Dahlan Iskan. Untung saja kecelakaan tersebut tidak membuat Dahlan Iskan mengalami luka serius. Setelah kejadian tersebut nasib naas justru menimpa sang mobil. Hingga saat ini nasibnya sungguh tidak jelas.
Ketika perkembangan mobil listrik di luar sudah cukup pesat, sebut saja Tesla yang sudah sebegitu canggihnya. Negara kita justru masih ribut perkara mobil esemka, yang entah bagaimana kabarnya sekarang ini.
Pemerintah sepertinya angina-anginan, antara iya atau tidak dalam hal ini. Ide agar Indonesia mengembangkan mobil listrik waktu itu justru sebenarnya kesempatan besar.
Bayangkan saja, di tahun 2013 belum banyak negara yang mengembangkan mobil listrik. Dengan kata lain semua negara masih berada di garis start.
Coba saja bandingkan ketika kita susah payah mengembangkan mobil nasional berbahan bakar bbm, tentu saingannya sudah sangat banyak. Bahkan sudah berteknologi tinggi.
Sebenarnya jika masalah mobil listrik kala itu jadi perhatian serius pemerintah dan support penuh. Bisa saja pesaing berat Tesla saat ini adalah mobil ciptaan Indonesia.
Tetapi sepertinya masyarakat Indonesia kurang tertarik pada hal-hal semacam itu. Lebih asyik ya ngobrolin politik. Apalagi kalo sudah gontok-gontokan, mana ada yang mau mengalah. Saling serang sana-sini, hujat sana-sini. Kapan pun dan dimana pun, entah dunia nyata ataupun dunia tidak nyata.
Kalau tidak percaya, lihat saja dunia maya, netizen seakan maha benar ketika komentar. Bahkan debat pun bisa berujung debat kusir, akibat sama-sama tidak mau mendengarkan. Lebih-lebih sekarang tahun politik, mana ada yang peduli perkembangan teknologi. Pemerintah dan warganya sama saja, tidak ada bedanya. Semoga saja siapapun pemimpin yang terpilih mau lebih peduli urusan ini.