Mohon tunggu...
Lyfe

Aku dan Filsafat

19 Mei 2016   21:52 Diperbarui: 19 Mei 2016   22:14 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku dan Filsafat

Akhir semester dua hanya tinggal menunggu beberapa hari saja. Untuk melewati semester inipun tak dapat disangkal bahwa kamipun akan menghadapi sebuah ujian sebagai tolak ukur kami dalam menguasai beberapa mata kuliah di semester dua. Filsafat, salah satu mata kuliah yang harus kami lalui di semester ini. Di sinilah kami bertemu dengan berbagai filsuf bersamaan dengan  pemikiran mereka pula. Dari sinipun saya mencerna, wah mereka punya pemikiran nich…………kenapa saya tidak??

Ingatan saya pun berflash back pada setahun silam saat saya masih sekolah. Tak sengaja saya mendengar percakapa dua kakak kelas saya yang sedang makan siang dengan terburu-buru karena harus masuk kelas lagi. Yang mana, dari percakapan mereka sesuatu yang paling terngiang di telinga saya  adalah perkataan ’’Untuk apa makan krupuk?? Toh itu hanya membuang waktu dan tak memberikan efek bagus untuk tubuh.” Wow….telinga dan hati saya bergetar setelah mendengar kalimat colongan tersebut. Sayapun mengangguk-angguk dan berkata dalam hati, benar juga ya!!!

Pembenaran saya tentang kalimat terrsebut tak lantas anda menjudge saya dengan penghakiman bahwa saya hingga saat ini tak pernah makan krupuk. Bukan teman, bukan itu titik  permasalahannya, bukan masalah makan krupuk atau tidak makan krupuk. Tapi, dari krupuk kita dapat berkaca dan bertanya dalam hati ‘’Apakah kepribadian saya setara dengan kepribadian krupuk?’’ Bagaimanakah kepribadian krupuk itu? Dari pengamatan yang saya lihat bahwasanya kerupuk itu:

1. Mudah dipatahkan

2. Mudah mlempem

3. Saat memakannya hanya memberikan kelezatan lidah sementara tanpa memberikan efek sehat untuk tubuh, padahal memakannya butuh waktu lho…..sia-sia dong!

Dari sini kita dapat membandingkan apakah dalam diri kita terdapat salah satu dari kepribadian di atas? Apakah kita termasuk seorang yang mudah patah semangat, mudah mengeluh dengan segala tekanan hingga mlempem dalam menghadapi kenyataan hidup, atau mungkin kita hanya menjadi seonggok daging hidup yang tak pernah memberikan setidaknya setetes manfaat dari keringat kita?

None can answer this question except ourself because……..antum ‘arof bi umuri dunyakum. Diri anda sendirilah yang lebih tahu tentang segala perkara dalam diri anda. Sebuah kalimat bijakpun ada yang mengatakan ‘’Janganlah kamu bermental kerupuk!’’ Nah, apakah ada persamaan menonjol dari diri anda dan krupuk?? Semoga kita termasuk generasi yang memiliki senyum dan semangat yang tak pernah luntur ok! Amin.

Itulah filosofi yang dapat saya temukan ‘’filosofi kerupuk’’. Bagaimanakah dengan anda? Inspirasi dan filosofi  apakah yang anda dapatkan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun