Etika bisnis adalah aturan-aturan yang menegaskan suatu bisnis boleh bertindak dan tidak boleh bertindak, aturan-aturan tersebut bersumber dari aturan tertulis maupun tidak tertulis (Fahmi, 2013:3). Jadi etika bisnis menyangkut baik atau buruknya perilaku-perilaku manusia dalam menjalankan bisnisnya. Bisnis yang beretika harus dilihat dari tiga sudut pandang yaitu ekonomi, hukum, dan moral (Bertens, 2013: 25).
- Dari sudut pandang ekonomi, bisnis yang baik adalah bisnis yang menghasilkan keuntungan tanpa merugikan orang lain
- Dari sudut pandang hukum, bisnis yang baik adalah bisnis yang tidak melanggar aturan-aturan hukum
- Dari sudut pandang moral, bisnis yang baik adalah bisnis yang sesuai dengan ukuran-ukuran moralitas.
Lebihnya lagi, etika bisnis juga dapat dijadikan sebagai  pedoman dan standar bagi karyawan dan manajemen untuk mengerjakan tugas keseharian dengan landasan sikap yang profesional, transparansi penuh, dan bermoral baik.
Layaknya dalam profesi atau kehidupan sehari-hari, mengelola sebuah bisnis juga terdapat etika bisnis yang harus dipenuhi oleh pengusaha. Etika bisnis ini betujuan agar dalam menjalankan atau menciptakan sebuah bisnis dapat dilakukan seadil mungkin serta menyesuaikan dengan hukum yang sudah dibuat.
Namun praktiknya pada era digital saat ini meskipun sudah ada etika bisnis yang mengatur jalannya suatu usaha, namun pelanggaran etika bisnis dan aturan bisnis tersebut sering kali terjadi.
Demi mendapatkan keuntungan yang besar, tidak  jarang banyak perusahaan yang berusaha untuk menghalalkan segala cara dengan melanggar etika bisnis, yang pada akhirnya dapat merugikan  masyarakat, dan juga merugikan perusahaan itu sendiri.
Dalam pelanggaran etika bisnis terdapat beberapa permasalahan -- permasalahan umum yang sering terjadi yaitu sebagai berikut (Fahmi, 2013:9) :
- Pelanggaran etika bisnis dilakukan oleh pihak-pihak yang mengerti etika bisnis. Dilakukan dengan sengaja karena faktor ingin mengejar keuntungan dan menghindari kewajiban-kewajiban yang selayaknya harus dipatuhi.
- Keputusan bisnis sering diambil dengan mengesampingkan normanorma atau aturan-aturan yang berlaku, misalnya Undang-Undang perlindungan Konsumen. Keputusan bisnis sering mengedepankan materi atau mengejar target perolehan keuntungan jangka pendek semata.
- Keputusan bisnis sering dibuat secara sepihak tanpa memperhatikan atau bahkan tanpa mengerti ketentuan etik yang disahkan oleh lembaga yang berkompeten seperti Kode Etik Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAAI), Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008/ tentang Jasa Akuntan Publik, Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 2 Tahun 2007 tentang Kode Etik BPK-RI, Kode Etik Psikologi Indonesia, Kode Etik Advokat Indonesia, dan lain sebagainya.
- Kontrol dari pihak berwenang dalam menegakkan etika bisnis masih dianggap lemah. Sehingga kondisi ini dimanfaatkan untuk mencapai keuntungan pribadi atau kelompok.
Selain dari permasalan umum tersebut, aspek yang sering terjadinya pelanggaran etika bisnis pada suatu usaha atau perusahaan adalah:
- Transaksi bisnis
Salah satu esensi dalam berbisnis adalah menjalin kemitraan yang terkait erat dengan transaksi bisnis. Inilah yang menyebabkan komunitas pengusaha mengalami peningkatan dan transaksi bisnis terus tumbuh. Namun pelanggaran etika yang sering terjadi adalah terkait dengan transaksi bisnis.
Penipuan dalam transaksi, transaksi bisnis yang tidak transparan adalah beberapa contoh pelanggaran yang mencoreng etika bisnis. Jika hal tersebut terjadi maka sudah mengarah ke tindak kriminal yang tentu saja akan merusak hubungan bisnis dan merugikan pihak lain.
- Perjanjian bisnis
Pelanggaran yang juga biasa terjadi adalah terkait dengan perjanjian bisnis atau MOU yang merupakan kesepakatan resmi dari dua pihak yang akan melakukan kerja sama bisnis. Pelanggaran yang seringkali terjadi adalah adanya salah satu pihak dalam perjanjian yang menyalahi kesepakatan yang sudah dibuat. Hal ini bisa terjadi ketika sebuah perjanjian tidak dapat dilanjutkan karena adanya permasalahan sepihak sehingga pihak tersebut membuat perjanjian baru dengan pihak lain. Penyelesaian masalah ini dapat dilakukan melalui mediasi atau musyawarah antar pihak yang berselisih.
- Peminjaman modal/investasi
Investasi memiliki tujuan untuk mengembangkan usaha secara positif dimana terdapat kesepakatan antara pihak pemodal dan yang diberi modal. Karena itu memperhatikan perjanjian yang terkait dengan investasi dan pengelolaannya harus dilakukan dengan cermat. Bersikap terbuka dalam hal pengelolaan anggaran agar hubungan antara investor dengan perusahaan dapat terjalin dengan baik.