Mohon tunggu...
khoirul kholifahkholiq
khoirul kholifahkholiq Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

impossible we do miracle we try

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Musik dalam Islam

5 Januari 2024   22:17 Diperbarui: 5 Januari 2024   22:17 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seni budaya dalam Islam tidak lepas dari budaya Bangsa Arab sebelum Islam, begitu juga
dengan musik. Hal ini karena Nabi Muhammad dalam membawa misi ajaran Islam yang tidak meninggalkan budaya Arab sepenuhnya. Beliau mengkreasikannya agar tidak bertentangan dengan nilai ajaran Islam. Perkembangan musik islami berasal dari sastra Arab, seperti qasida, madh, dan mu'allaqat. Maka wajar jika secara musikologis terdapat keterkaitan antara musik islami dengan karakteristik seni pra Islam.

Masyarakat Arab sebelum Islam menggunakan musik untuk ritual penyembahan berhala, pelengkap pertemuan umum, dan acara perayaan lainnya. Di Hijaz, orang menggunakan musik mensurat yang mereka namakan dengan IQA (irama yang berasal dari semacam gendang, berbentuk rithm). Mereka menggunakan berbagai instrumen (alat musik), antara lain seruling, rebana, gambus, tambur, dan lain-lain.

Pada masa Rasulullah, musik tetap boleh berdendang dengan tujuan yang baik. Misalnya, lagu penyemangat perang, lantunan ziarah haji, perayaan pernikahan dan hari-hari besar. Nabi dan para sahabat pernah memainkan lagu dan berdendang saat menggali parit dalam perang Khandaq dan mendirikan masjid Nabawi di Madinah.

Alunan musik Thala'al Badru yang indah dari kaum Anshar turut menyambut kedatangan Nabi beserta rombongan yang melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah. Tidak heran jika nyanyian mengiringi penyambutan tersebut, karena Madinah pernah menjadi pusat musik (nyanyian) sejak sebelum Islam.

Pada masa pemerintahan dinasti Bani Abbasiyah, musik islami mengalami kejayaan. Di antara buktinya yaitu dengan adanya penyusunan kitab dan pengembangan pendidikan. Sa'id 'Abd-ul-Mu'mn (w. 1294 M.) mendirikan sekolah musik terbaik pada masa tersebut.

Salah satu sebab mengapa dalam Daulah 'Abbsiyyah mendirikan banyak sekolah musik yaitu karena keahlian menyanyi dan bermusik menjadi salah satu syarat bagi pelayan (budak), pengasuh, dayang-dayang di istana dan di rumah pejabat negara untuk mendapatkan pekerjaan. Oleh karena itu, telah menjadi suatu keharusan bagi para pemuda dan pemudi untuk mempelajari musik.

Pada awal era kejayaan Islam, telah lahir tokoh-tokoh besar di bidang seni musik. Ada musisi ternama dan sangat disegani, yaitu Ishaq Al-Mausili (767 M-850 M) serta pengkaji musik yang dihormati, seperti Yunus bin Sulaiman Al-Khatib (w 785 M). Munculnya seniman dan pengkaji musik di dunia Islam menunjukkan bahwa umat muslim tidak hanya melihat musik sebagai hiburan, namun juga bagian dari ilmu pengetahuan.

Ilmuwan muslim juga telah menemukan musik sebagai media pengobatan atau terapi, yaitu Abu Yusuf Yaqub ibnu Ishaq alKindi (801-873 M) dan al-Farabi (872-950 M). Kajian tentang musik sebagai sistem pengobatan berkembang semakin pesat pada masa Dinasti Turki Usmani yang membuktikan secara ilmiah efek musik pada pikiran dan badan manusia.

Bahkan, para ilmuwan di era Turki Usmani sudah mampu menetapkan jenis musik tertentu untuk penyakit tertentu. Misalnya, jenis musik Huseyni dapat mengobati demam. Hal ini menggambarkan bahwa pengaruh Islam dalam perkembangan musik dunia cukup besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun