Mengamati debat capres lalu(17/02) seakan miris ketika membahas mengenai sumber daya dan energi di Indonesia. Tidak hanya itu, debat putaran kedua ini juga membahas mengenai pangan, infrastruktur dan, lingkungan hidup yang saling berkaitan dengan kedua tema diatas. Debat tersebut dirasa normatif dan kurang tajam membahas isu-isu terkini yang menyangkut tema tersebut, padahal ada bebrapa hal yang patut untuk disoroti karena menyangkut hajat masyarakat Indonesia.
Indonesia saat ini masih bergantung dengan fossil fuel dengan cadangan terbukti minyak bumi sekitar 3,3 miliar barel, dengan asumsi produksi konstan 800.000 barel per hari tanpa adanya temuan cadangan baru, maka dalam 11-12 tahun kedepan Indonesia tidak mampu memproduksi minyak bumi lagi.Gas alam masih lebih baik, yaitu memiliki cadangan sekitar 25-50 tahun kedepan.
Ketika suatu negara mengalami krisis akan tersedianya energi, maka bisa dipastikan negara tersebut akan mengalami masa masa sulit. Impor akan digalakan, menambah hutang ke luar negeri, dan akhirnya dapat bangkrut suatu saat nanti.
Sudah pastinya renewable energy menjadi bahasan yang serius dalam menanggapi pilpres tahun ini. Tetapi dalam tanggapannya, masing-masing cawapres mengungkapkan bahwa energi terbarukan ini masih berkutat mengenai biofuel saja. Padahal negeri ini berpotensi untuk mengembangkan energi bersih, seperti energi surya, bayu, hingga, gelombang laut, dan geothermal.
Indonesia mempunyai luas wilayah daratan sebesar 1,905 juta km2Â , bermusim tropis dengan pancaran cahaya matahari cukup banyak. Hal ini sangat berpotensi dalam pengembangan energi bersih melalui tenaga surya. Dengan lahan yang luas dan didukung iklim yang cocok, sel surya dapat digunakan sebagai penyimpan energi cadangan yang bersih dari energi yang terbuang. Energi terbarukan berarti udara bersih, seperti yang dilakukan di China berani berinvestasi besar-besaran karena ingin mengurangi kabut asap karena bahan fosil.
Energi bayu juga berpotensi di titik-titik tertentu di wilayah Indonesia. Dengan analisis kecepatan dan arah angin, potensi energi bayu dapat digunakan sebagai pembangkit listrik yang bersih dan zero waste.
Indonesia mempunyai garis pantai terpanjang nomor 2 di dunia, dengan panjang 99.093 km. Hubunganya dengan pengembangan energi adalah pemanfaatan gelombang air laut sebagai panen energi listrik. Di dunia sudah dikembangkan alat sederhana yang digunakan untuk memanen energi listrik menggunakan turbulensi yang terjadi pada gelombang air laut, selain ramah lingkungan juga sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai pembangkit energi untuk daerah tepi pantai.
Geothermal atau panas bumi juga tidak dapat dilupakan begitu saja. Indonesia terletak pada ring of fire dimana sangat melimpah panas yang ada didalam bumi. Dalam penanganan energi ini tidak membutuhkan space yang banyak. Selama panas bumi masih ada, energi ini berpotensi untuk dikembangkan menjadi clean energy product.
Jika kita melihat pengembangan energi terbarukan di Indonesia harus mempertimbangkan beberapa hal. Salah satunya adalah dampak yang ditimbulkan ke manusia dan alam. Jika suatu energi menguntungkan bagi manusia tetapi merugikan bagi alam, seharusnya dapat diminimalisir. Salah satu contohnya adalah PLTU batu bara yang meghasilkan asap yang berbahaya bagi ozon dan lingkungan.
Pengembangan energi terbarukan juga harus mempertimbangkan kelestarian alam dan biodiversitas organisme yang ada. Jangan sampai pengembangan tersebut mengurangi keanekaragaman organisme di Indonesia yang keberadaanya semakin lama mengalami kepunahan. Contohnya adalah CPO yang dinilai buruk untuk lingkungan walaupun sangat menguntungkan dalam bidang ekonomi.
Ditulis oleh : Khoiruddin anshori
Mahasiswa fakultas Biologi UGM
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H