Mohon tunggu...
Khoirotunnisak
Khoirotunnisak Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas PGRI Wiranegara

Mahasiswa Universitas PGRI Wiranegara Kota Pasuruan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Memikat Generasi Muda ke Dunia Pertanian

3 September 2024   15:02 Diperbarui: 7 September 2024   20:20 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : id.pinterest.com

MEMIKAT GENERASI MUDA KE DUNIA PERTANIAN-

Krisis regenerasi petani di Indonesia, khususnya Jawa Timur sebagai lumbung padi nasional, menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan nasional. Indonesia terus mengekspor beras setiap tahunnya karena tidak mampu mencukupi kebutuhan beras. Minat generasi muda terhadap bidang ini semakin menipis. Stigma negatif, rendahnya pendapatan, dan kurangnya inovasi menjadi beberapa faktor utama yang menyebabkan fenomena ini. Pernahkah Anda mempertimbangkan siapa yang akan bertanggung jawab atas pengelolaan pertanian di masa depan? Bagaimana dengan nasib masa depan negara agraris ini?

Sektor pertanian sejatinya berperan dalam mengatasi pengangguran. Hampir sepertiga pekerja di Jawa Timur bergerak di bidang pertanian. Sebagai negara agraris, sektor pertanian merupakan kuda hitam yang masih perlu banyak dikembangkan untuk mendukung tercapainya Indonesia Emas hingga di 2045 nantinya. Impian menjadi Lubung Pangan Dunia tak lagi sekedar angan-angan. Pertanian memainkan peran penting dalam menjamin ketahanan pangan dan perekonomian nasional suatu negara. Meskipun memiliki potensi besar, tetapi minat generasi muda semakin surut. Dari sisi pendapatan, meskipun jumlah tenaga kerja di sektor pertanian Jawa Timur mencapai 30%, tetapi sumbangan dalam share PDRB hanya 11%.

Saat ini sektor pertanian di Jawa Timur sebagian besar didominasi oleh generasi tua, sedangkan petani muda hanya 17% dari total seluruh petani. Petani muda atau yang kerap sekali dijuluki dengan petani milenial merupakan petani berusia 19-39 tahun, dan/atau petani yang adaptif terhadap teknologi digital. Fenomena “penuaan petani” ini tentu saja sangat mengkhawatirkan. Lantas, apa yang menyebabkan para generasi muda enggan menjadi petani? Terjadinya perpindahan pekerja ke sektor yang lebih menjanjikan. Profesi petani seringkali dianggap kurang bergengsi dan identik dengan kemiskinan sehingga menganggap bahwa pendapatan petani masih jauh di bawah sektor lain dan kurang menarik bagi generasi yang menginginkan kehidupan yang lebih baik. Pertanian sering dikaitkan dengan pekerjaan tradisional, kotor, “ndeso”, dicap sebagai pekerjaan yang kurang bergengsi, dan kurang berpendidikan.

Untuk memastikan ketahanan pangan di masa depan, diperlukan usaha memikat generasi muda ke dunia pertanian. Dengan inovasi, dukungan pemerintah dan swasta, serta semangat yang tinggi, untuk mewujudkan pertanian Indonesia terutama di Jawa Timur dapat menjadi sektor yang modern, efisien dan berdaya saing. Bayangkan seorang anak muda di desa yang menanam sayur organik di lahan belakang rumahnya dan memasarkan melalui aplikasi online. Pemuda ini dapat mengembangkan usahanya dan menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya dengan dukungan pemerintah berupa pelatihan dan akses permodalan.

Salah satu solusi yang menarik yaitu dengan membuka peluang bisnis baru bagi petani dengan menggabungkan sektor pertanian dan pariwisata melalui agrowisata. Agrowisata menawarkan pengalaman unik bagi wisatawan untuk belajar tentang proses pertanian, menikmati keindahan alam pedesaan dan mencicipi produk segar langsung dari kebun. Agrowisata dapat membantu petani dan masyarakat sekitar memperoleh pendapatan tambahan serta memperkenalkan pertanian kepada generasi muda sebagai sektor yang menarik dan menjanjikan. Pelestarikan budaya dan lingkungan pertanian lokal dapat terjaga dengan melibatkan masyarakat dalam pengelolaan wisata sehigga tercipta rasa memiliki dan tanggung jawab bersama. Promosi agrowisata perlu dilakukan dengan gencar. Teknik pemasaran kontemporer dapat dilakukan untuk menjangkau pasar yang lebih luas, salah satunya dengan pembuatan konten yang disebarluaskan melalui media sosial, website, dan platform digital lainnya. Dengan pemasaran yang efektif, agrowisata dapat bersaing dengan destinasi wisata lainnya dan meningkatkan jumlah kunjungan serta menghilangkan stigma “ndeso” dari pertanian.

Kedua, Pemanfaatan teknologi digital dalam memantau kondisi pertanian dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas petani. Melalui aplikasi ini didapatkan informasi yang akurat tentang cuaca, kondisi tanah, hama dan penyakit tanaman, serta membantu merencanakan produksi, memantau pertumbuhan tanaman dan mengelola pasokan air. Dengan data yang lengkap dan akurat, petani dapat membuat keputusan yang lebih baik tentang manajemen lahan pertanian mereka.

Ketiga, membangun kemitraan antara petani, pemerintah dan pelaku usaha. Ketiga pihak ini memiliki peran yang saling melengkapi dan saling membutuhkan. Petani sebagai produsen utama memiliki pengetahuan sebagai regulator, penyedia infrastruktur, dan fasilitator. Sementara itu, pelaku usaha berperan dalam mengelola, mendistribusikan, dan memasarkan produk pertanian. Hal ini menjadikan sebagai fondasi kuat dalam membangun sistem pertanian yang modern, efisien dan berkelanjutan. Pemerintah dapat memberikan pelatihan dan pendampingan petani untuk menghasilkan produk yang berkualitas sesuai standar pasar. Akses tehadap teknologi modern, bibit unggul, dan informasi pasar yang lebih baik dapat meningkatkan produktivitas. Kemitraan dapat membantu menstabilkan harga produk pertanian dengan menciptakan pasar yang lebih terorganisir dan mengurasi fluktuasi harga yang merugikan petani. Dengan pendapatan yang lebih stabil dan akses ke pasar lebih luas, kesejahteraan petani dapat meningkat, sehingga mengurasi ketimpangan sosial di pedesaan.

Keempat, mengubah perspektif dan metode pertanian konvensional menjadi pertanian yang berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan kualitas tanah, keanekaragaman hayati, dan mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya. Melalui pertanian berkelanjutan dapat menghasilkan produk yang lebih sehat dan ramah lingkungan serta dapat meningkatkan pendapatan. Pertanian berkelanjutan dimaksudkan bukan hanya pada kondisi lahan pertanian tetapi juga pada masyarakat pertanian. Regenerasi masyarakat pertanian juga mencakup upaya menarik kembali generasi muda ke sektor pertanian dengan menawarkan prospek yang lebih cerah. Masa depan pertanian Indonesia ada di tangan generasi muda. Pada akhirnya, regenerasi petani muda bukan hanya tentang menjamin pasokan pangan, tetapi juga tentang membangun masa depan bangsa yang lebih cerah dan berkelanjutan.

#statisticsdatacamp2024 #pojokstatistik #hsn2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun