Mohon tunggu...
Khoirotun Nisak
Khoirotun Nisak Mohon Tunggu... Guru - mahasiwa

Saya seorang tenaga pendidik lulusan sarjana pendidikan yang ingin belajar, mencari pengalaman dan mengabdi serta mengamalkan ilmu di lembaga pendidikan terutama di mata pelajaran sejarah dan PPKn. Bagi saya mengajar bukan hanya sekedar mencari materi atau hobi. Namun lebih dari itu mengajar merupakan cara terbaik untuk kembali belajar. Belajar ketika mau mengajar, dan mengajar jika masih ingin belajar.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Koneksi Antar Materi-Relevasi Perjalanan Pendidikan Nasional

6 Januari 2023   22:50 Diperbarui: 6 Januari 2023   22:55 3530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 perjalanan pendidikan sebelum dan sesudah kemerdekaan

Pendidikan di Indonesia telah ada sejak tahun 1901, zaman belanda menduduki Indonesia. Saat itu, belanda mendirikan sekolah-sekolah di Indonesia untuk kalangan pribumi. Tujuanya adalah sebagai bentuk upaya dari kebijakan politik etis yang mereka terapkan. Politik Etis yang dicanangkan pemerintah Belanda pada awal abad ke-20, membuka babak baru di Hindia Belanda. Melalui tiga program utamanya, yaitu irigasi, edukasi, dan emigrasi (transmigrasi), Politik Etis diharapkan dapat membawa perubahan besar berupa "kemajuan" di Hindia Belanda. Akan tetapi, meskipun program ini terlihat bagus, dalam praktiknya tetap disalahgunakan bagi kepentingan dan keuntungan pemerintah kolonial Belanda. pembangunan sekolah-sekolah dengan pendidikan gaya Barat yang dilakukan Belanda selama masa politik etis, ternyata berhasil membuka peluang bagi mobilitas sosial masyarakat di Hindia/Indonesia serta memunculkan sekelompok kecil intelektual bumiputra yang memiliki kesadaran, bahwa rakyat bumiputra harus mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain untuk mencapai kemajuan. 

Dapat kita ketahui bahwa tokoh-tokoh pendidikan kita (Ki Hajar Dewantara, R.A Kartini, dan sebagainya)  pada umumnya adalah berasal dari kelompok priyayi. Namun ironisnya justru para pemuka pendidikan kita berkat memiliki ketajaman dan keterbukaan pribadi serta berfikirnya, mereka dapat melihat fenomena ini untuk berbuat serta tidak mengiyakan terhadap sistem pemerintahan yang berlaku saat itu. Di sinilah pendidikan di Indonesia pada zaman Kebangkitan Nasional kita tidak sekedar berperan memiliki kekuasaan, tetapi menganggap belajar dan mengajar sebagai aktivitas politik, yang menggugah kesadaran anak didik mampu meyingkap penindasan dan ketimpangan yang asimetris antara pelbagai kelompok dalam mewujudkan sistem demokrasi yang partisipatoris. 

justru pendidikan zaman pendudukan Jepang,  meskipun waktunya singkat, banyak terjadi perubahan yang sangat penting dalam sejarah  pendidikan di Indonesia. Baik itu tentang nama-nama sekolah yang berbahasa Belanda yang diganti dengan nama sekolah Indonesia serta Jepang, maupun Bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar di sekolah-sekolah. Namun yang lebih menarik lagi mengenai tradisi militer Jepang yang saat itu dalam suasana perang melawan Sekutu, ternyata diwariskan sebagai bentuk romantisasi pendidikan publik sebagai penyeimbang besar baik di zaman Orde Baru maupun Era Reformasi sekarang ini dalam bentuk ”upaca bendera mingguan setiap hari seni di sekolah-sekolah”. Kemudian dengan Kurikulum 1976-1984, lebih menekankan kemampuan, pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa calon guru dirumuskan dalam bentuk tujuan pendidikan.

Suatu hal yang meneyedihkan dalam masa Orde Baru bahwa pendidikan lebih dititik beratkan pada pertumbuhun kuantitatif telah menimbulkan perkembangan aspek-aspek kualitatif terabaikan. Di Tingkat SD mengenai rendahnya mutu pendidikan sering merupakan sebagai ”musibah nasional” yang telah menjadi kultur sekolah.

Kemudian pada Era Reformasi kurikulum pendidikan lebih mengutamakan pada perkembangan peserta didik yang lebih fokus pada pengelolahan masing-maing daerah otonomi pendidikan. dalam hal ini tenaga pendidik/guru diberlakukan kualifikasi profesional dengan tujuan  untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan.

Ki Hajar Dewantara mengungkapakan bahwa pendidikan adalah tuntutan atau kewajiban di dalam hidup manusia, dari kanak-kanak sampai dewasa. Pengerian ini tentunysa dimaksudkan bahwa apendidikan kan memapu menuntun segala kekuatan yang ada pada jatidiri manusia.

Dari pengertian tersebut jikalau ditinjau ke dalam realita pendidikan Indonesia saat ini, indikator keberhasilan dari tujuan tersebut masih sangatlah jauh dari kata tercapai.

Refleksi perjalanan pendidikan nasional 

setelah mempelajari materi perjalanan pendidikan nasional dari sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan beserta tokoh pentingnya dalam pergerakan pendidikan, saya sadar bahwa pendidikan adalah hal yang sangat penting di era globalisasi ini bahkan sudah termasuk dalam kebutuhan dasar setiap manusia karena dengan memperoleh pendidikan manusia akan dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Pendidikan juga merupahkan kunci utama bagi suatu negara untuk unggul dalam persaingan global. pendidikan dianggap sebagai bidang yang paling strategis untuk mewjudukan kesejahteraan nasional. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun