Mahasiswa sastra inggris Untag Surabaya melaksanakan pengabdian KKN Internasional yang berkolaborasi dengan International Organisation for Migration (IOM). Nama-nama yang melaksanakan pengabdian ini, antara lain: Elok Dita Suri, Gayatri Yuridani Firdaus, dan Khoirotun Dwi Pramugita, beserta Ibu Dona Rahayu Sugiharti, S.S., M.Hum sebagai Dosen Pembimbing Lapangan (DPL). Dalam pelaksanaan KKN Internasional, para mahasiswa sastra inggris melaksanakan pelatihan “Indonesian Language Teaching and Interpreting”.
Pengabdian KKN Internasional dilaksanakan di Puspa Agro, Sidoarjo. Alasan pihak kampus mengirimkan mahasiswa melaksanakan kegiatan ini adalah agar mereka dapat menyalurkan ilmu pengetahuan yang sudah diperoleh selama di kampus kepada para pengungsi. Selain itu, kegiatan ini bertujuan supaya para pengungsi dapat meningkatkan kemampuan berbahasa Indonesia serta mendapat skill tambahan, yaitu menerjemahkan secara lisan (Interpreting).
Pengabdian KKN Internasional dilaksanakan sebanyak 10 kali pertemuan. Pelatihan hari pertama dilaksanakan pada tanggal 28 November 2023. Selama masa pelatihan, para pengungsi dibekali materi dasar bahasa Indonesia, seperti cara memperkenalkan diri, mendeskripsikan kata sifat, berhitung, serta mengenal kalimat baku dan tak baku. Lalu untuk pelatihan interpreting, ketiga mahasiswa memfokuskan pada dua jenis interpreting, yaitu simultaneous interpreting dan consecutive interpreting.
Kegiatan pengabdian ini berakhir pada tanggal 20 Desember 2023. Ketiga mahasiswa berharap kepada para pengungsi agar ilmu yang diberikan bisa berguna atau diterapkan dalam kegiatan sehari-hari.
Para pengungsi merasa terbantu dengan adanya program KKN. Mereka mengatakan, “Saya ingin belajar berbicara bahasa indonesia dengan orang Indonesia, tetapi saya tidak mendapatkannya. Saya selalu berbicara dengan mencampurkan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Terkadang membuat saya kebingungan akan bahasa Indonesia. Adanya kelas bahasa Indonesia membuat saya paham akan tentang Indonesia.” ujar salah satu pengungsi yang tidak ingin disebutkan namanya.
Dalam wawancaranya Ibu Mia Rakhmalia berkata, “Kebetulan kelas bahasa Indonesia dan interpreting ini, sejalan dengan kegiatan-kegiatan kami. Kami juga sedang merancang kegiatan community interpreter untuk para pengungsi. Dengan adanya teman-teman mahasiswa sastra inggris yang berkegiatan dengan para pengungsi di sini, cukup membantu kami dalam mendirikan program ini.” Ujarnya selaku perwakilan pihak IOM.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H