Mohon tunggu...
Humaniora

3 Macam Warna Bubur Disetiap Malam Jumat

2 April 2017   21:03 Diperbarui: 4 April 2017   15:18 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Di setiap daerah masing-masing pasti memiliki suatu  tradisi yang bermacam-macam dan tentunya saling berbeda.  Pengertian tradisi sendiri yaitu suatu kebiasaan yang telah dilakukan sejak lama oleh nenek moyang kita dan tetap dilakukan oleh masyarakat hingga sampai saat ini, dari tradisi yang turun temurun inilah yang menjadikan salah satu khas dari daera masing-masing.

Selanjutnya disini saya akan mengulas tentang tradisi yang ada didaerah saya yaitu di Desa Karanganom Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang yang berhubungan dengan “ISLAM NUSANTARA” yaitu, tradisi yang ada didesa karanganom ini adalah memberi 3 macam warna  bubur (jenang) di pinggir jalan saat malam jumat manis. 3 macam warna bubur tersebut yaitu bubur yang pertama yaitu warna putih, mengapa dilambangkan warna putih? Karna putih menandakan bahwa manusia asalnya bersifat putih yang artinya bersih atau suci, dan warna bubur kedua yaitu merah, arti dari bubur merah yaitu, manusia lahir kedunia harus mempunyai keberanian untuk menghadapi segala sesuatu yang ada didunia, untuk selanjutnya warna bubur yang ketiga yaitu kombinasi dari warna yang pertama dan yang kedua. Yang artinya manusia harus selalu ingat bahwa hidup itu punya dua pedoman yaitu suci dan berani.  Biasanya bubur ini ditaruh didaun pisang dengan dibentuk seperti piring lalu ditempatkan dipinggir jalan Dan waktu untuk memberikan 3 macam warna bubur ini yaitu pada malam jumat legi. Sebelum ditaruh dijalan 3 macam bubur ini dibacakan yasin serta diberi doa-doa, setelah selesai barulah ditaruh dipinggir jalan. Hubungan tradisi ini dengan islam nusantara yaitu kebiasaan menaruh 3 macam warna bubur yang diletakkan dipinggir jalan pada malam jumat legi, terkadang boleh saja dikasih telur rebus ditengah-tengah bubur tersebut.  Pada keesokan harinya 3 macam warna bubur ini boleh diambil bagi siapa yang menemukannya ataupun boleh dibiarkan. Tujuan adanya tradisi ini yaitu agar manusia terus ingat bahwa manusia awal diciptakan yaitu dalam keadaan suci dan kembali kepadanya dengan keadaan suci,  dan untuk mendoakan keselamatan masyarakat serta agar balak musibah dijauhkan oleh Allah.

Meskipun masyarakat mepercayai hal seperti ini, tidak menyimpang dari ajaran agama islam serta tidak ada sedikitpun niatan untuk menyekutukan ALLAH SWT. Masyarakat hanya meneruskan tradisi yang turun-temurun dilakukan sejak dahulu oleh masyarakat tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun