Mohon tunggu...
khoirin nida 21104080005
khoirin nida 21104080005 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Akulturasi Desain dan Tradisi Budaya Menara Kudus Masih Terjaga hingga Sekarang

22 Juni 2024   00:19 Diperbarui: 22 Juni 2024   00:52 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber; Dokumen Pribadi

Masjid Menara kudus merupakan peninggalan bersejarah yang menjadi bukti penyebaran agama islam di tanah jawa khususnya di kota Kudus yang dilakukan oleh Sunan Kudus atau Sayyid Ja'far Shadiq. Masjid  Sunan Kudus mempunyai desain arsitektur yang khas dengan memadukan dua budaya yaitu budaya agama Islam dan agama Hindu. Melihat latar belakang mayoritas agama Masyarakat Kudus saat itu menganut agama Hindu Dimana budaya khasnya berupa candi dan Pura dan ajaran menyembah para leluhur nenek moyang (Animisme) atau kepercayaan benda-benda mati (Dinamisme).

Budaya untuk menghormati

Selain bentuk arsitektur Masjid Menara Kudus yang mirip dengan candi-candi agama Hindu, Sunan Kudus juga menerapkan tradisi dan budaya hingga larangan yang ada dalam agama hindu sebagai sarana dakwah agar mudah diterima dan menarik Masyarakat Kudus . Seperti dalam agama Hindu sapi adalah hewan yang dimuliakan sehingga tidak boleh disembelih apalagi dikonsumsi. Larangan tersebut juga diterapkan Sunan Kudus pada saat itu untuk menghormati kepercayaan masyarakat yang mayoritas Hindu tidak boleh menyembelih sapi, hingga saat ini Masyarakat Kudus masih berpegang pada larangan tersebut. 

Hal tersebut dapat dilihat pada saat kurban, sedekah bumi, buka luwur, atau acara-acara besar terutama di Masjid Menara Kudus tidak menyembelih hewan sapi melainkan menyembelih hewan kerbau. Tradisi tersebut sudah melekat pada warga Kudus sehingga makanan Khas Soto Kudus dimana mayoritas soto lainnya menggunakan daging sapi/ayam, soto Kudus berbeda dengan lainnya yaitu menggunakan daging kerbau. Selain itu sunan Kudus juga menggunakan sapi sebagai sarana dakwah yang diberi nama "Kebo gumerang" untuk menarik perhatian Masyarakat. Kebo Gumerang diikat di depan halaman masjid Menara Kudus untuk menarik Masyarakat untuk datang, kemudian dari situlah sunan kudus berdakwah dan secara perlahan menyelipkan akidah-akidah islam dalam dakwahnya.

Cara berdakwah Sunan Kudus melalui metode pendekatan

Selain itu, sunan kudus juga membuat pancuran wudlu diatasnya diberi arca dalam masjid sejumlah delapan pancuran, Dimana menurut agama Budha arti delapan adalah kebenaran. Sementara itu bangunan masjid Menara Kudus berbentuk seperti candi-candi yang ada dalam agama hindu, Menara yang tersusun setinggi 18 meter terbuat dari bata merah tanpa semen, dan 32 piring keramik yang menempel pada dinding Menara diantaranya bergambar manusia, unta, masjid, kembang, dan lain sebagainya. Tangga Menara terbuat dari kayu jati yang diperkirakan dibuat pada tahun 1895 M. 

Menara Kudus terbagi menjadi 3 bagian yaitu kaki, badan, puncak bangunan Dimana desain arsitekturnya menggabungkan 3 budaya yaitu arsitektur budaya hindu, jawa, dan Islam. Tidak sembarang orang diijinkan untuk bisa naik mencapai atas pucuk Menara, hal tersebut sebagai bentuk menjaga warisan budaya yang ditinggalkan sunan Kudus. Gerbang menuju Menara akan dibuka saat sebelum adzan dikumandangkan guna untuk memukul bedug yang berada diatas Menara yang menandakan bahwa waktu shalat telah tiba. Konon ceritanya dibawah Menara terdapat sumber air yang dinamakan "Banyu Panguripan" yang dipercaya jika air tersebut disiramkan ke orang yang telah meninggal, maka orang tersebut dapat hidup kembali. Namun sumur tersebut sekarang sudah ditutup untuk menghindari kecemburuan sosial.

Acara-Acara Tradisi yang diadakan di Masjid Sunan Kudus yang disampaikan Bapak Abdul Jalil selaku pengurus YM3SK Menara Kudus

  • Buka luwur
  • Acara ini diadakan pada 10 Muharram dengan berbagi 40.000 sega berkat. Sega berkat ini dibungkus dengan daun jati yang isinya nasi dan daging kerbau yang sudah dimasak. Sega berkat ini dipercaya membawa berkah sehingga banyak yang mengantri dan berebutan sega berkat. Sebelum acara buka luwur biasanya ada penerimaan sembako dan bahan-bahan memasak seperti perbumbuan, bawang, kerbau, kambing, beras, dan lain sebagainya di Selatan masjid Menara Kudus.
  • Pengajian Tahun Baru
  • Biasanya diadakan pada tanggal 1 Muharram di depan masjid untuk menyambut tahun baru 1445. Acara tersebut mengundang anak-anak sampai orang tua, tak lupa santri-santri sekitar masjid Al Aqsha Menara Kudus.
  • Terbangan
  • Acara ini diselenggarakan pada tanggal 9 Muharram yang diselenggarakan depan Menara Kudus oleh beberapa grup rebana dari pondok/sekolah sekitar Menara Kudus
  • Pasar Kuliner Jadul Empat Negri
  • Biasanya diadakan pada 8 Muharram di alun-alun kudus. 4 negri yang dimaksud disini adalah jawa, tionghoa, arab, dan Eropa. Selain untuk menunjukkan kuliner khas kudus acara ini juga menjadi sarana membantu UMKM.
  • Batsul Masail Nasional
  • Acara ini dilaksanakan 5 Muharram yang termasuk bagian dari rangkaian acara buka luwur
  • Pelepasan luwur Pesarean
  • Biasanya dilaksanakan pada 1 Muharram.pelepasan luwur adalah kain luwur yang menempel pada dinding makam yang dilepas satu tahun sekali pada rangkaian buka luwur. Setelah dilepas luwur dibawa ke pendopo tajug dan disimpan. Luwur akan dipasang kembali setelah 10 Muharram.
  • Jamas Pusaka
  • Jamas pusaka adalah acara mencuci keris Cinthoko Kangjeng peninggalan sunan Kudus biasanya dilaksanakan pada tanggal 14 Dzulhijjah
  • Kurban
  • Biasanya dilaksanakan antara tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah. Kurban ini tidak menerima hewan Sapi. Mengingat larangan sunan kudus untuk menyembelih sapi untuk menghormati agama hindu. Masjid al Aqsha biasanya menyembelih kerbau dan kambing, kemudian dimasak  dan dibagikan ke setiap kecematan yang ada di kota Kudus dalam keadaan sudah matang.
  • Pembuatan dan Pembagian bubur Assyura
  • Bubur ini terbuat dari 9 bahan dasar bumbu tertentu, dan 9 aneka kudapan biasanya dilaksanakan pada tanggal 9 Muharram hanya dibagikan kepada warga Masyarakat sekitar Menara Kudus dan tokoh tertentu
  • Halaqoh Nasional
  • Darusan Umum
  • Adalah pengajian pitulasan yang dihadiri secara umum setiap tanggal 17 pada bulan hijriyah
  • Ngaji Kitab
  • Biasanya dilaksanakan pada bulan Ramadhan pada waktu setelah subuh dan sore hari.
  • Ta'sis
  • Adalah acara yang diadakan untuk merawat perantan dan menjaga peradaban yang dilaksanakan pada 14 - 19 rajab. Acara ini dilaksanakan untuk memeriahkan hari jadi kota Kudus
  • Kuliner Jadul
  • Termasuk rangkai acara ta'sis yaitu dengan menjual makanan-makanan kuno khas kota kudus yang dijual disepanjang jalan Menara
  • Punden dan Belik
  • Masyarakat kudus masih berpegang pada tradisi menghormati punden atau orang yang pertama kali menempati daerah tersebut yang dikenal orang babat alas.
  • Khataman Qur'an 19 kali
  • Khataman ini masih satu rangkaian acara ta'sis. Khataman akan dilaksanakan di halaman masjid yang dihadiri oleh santri-santri pondok sekitar Menara Kudus
  • Pembacaan Qasidah Al Barjanji
  • Parade Hadrah
  • Acara ini juga termasuk bagian dari acara Ta'sis. Parade hadrah dimeriahkan oleh grup rebana dari sekolah-sekolah dan pondok pesantren sekitar menara Kudus
  • Kirab punden dan belik
  • Acara ini juga meringati  "banyu panguripan"  Tradisi Banyu panguripan akan dirayakan setahun sekali Bersama dengan rangkaian acara Ta'sis di Menara Kudus. Setiap desa akan mengikuti acara kirab tersebut dengan membawa air punden dari desanya. Kirab dilakukan dari Jl. Menara hingga Alun-alun kota Kudus.
  • Terbangan kolosal
  • Haul KHR. Asnawi
  • Raden asnawi adalah keturunan dari sunan kudus, beliau menjadi tokoh masyrakat dan termasuk bagian pendiri Nahdhatul Ulama. Acara haul ini biasanya dibarengi dengan acara lainnya seperti pengajian, khataman.
  • Dandangan
  • Yaitu tradisi Masyarakat kudus sebelum bulan Ramadhan tiba. Biasanya sepanjang jalan dari alun-alun kudus hingga jalan Menara akan ditutup dan diramaikan oleh para pedagang.nama Dandangan ini berasal dari bunyi Dang Dang Dang bedug dari atas Menara yang artinya waktu Ramadhan telah tiba.

  • Selain acara-acara tradisi diatas masjid Al Aqsha juga memiliki acara seperti masjid lainnya pada umumnya. Seperti mengadakan shalat Tarawih, tadarusan, Jamaah, Shalat Id, Zakat dan lainnya.

Demikian itulah acara-acara yang diadakan Masjid Al Aqsha Menara Kudus yang dilakukan rutin setiap tahunnya, acara tersebut merupakan warisan dari budaya yang diwariskan oleh sunan kudus Dimana tradisi tersebut masih tetap terjaga hingga sampai saat ini

Sumber; Dokumen Pribadi
Sumber; Dokumen Pribadi

Sumber; Dokumen Pribadi
Sumber; Dokumen Pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun