kemarin,
hujan mulai membasahi kampungku,
sementara kilauan kebahagiaan emak membuatku menjadi orang yang bahagia. ku bawa calon menantumu di amperan rumah tempat emak menjahit pakaian yang sudah lusuh bersama nyanyian ayam yang selalu ia rawat. paman, bibi, nenek, dan para tetangga mulai berkumpul di gubukku,
katanya..... "kau beruntung, nak"
kau nampak bahagia ..
terlihat sungging tawa di bibirmu,
namun..hari ini aku tak mungkin jujur padamu mak,
menantumu yang kemarin ku bawa padamu, kini telah menikungku. pergi bersama nyanyian yang lebih merdu dari suaraku. masihkah aku bertahan dengan kesakitan ini mak?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H