Mohon tunggu...
Khoinaturrohimah
Khoinaturrohimah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Bismillahirrahmanirrahim

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT) dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila Kelas V di SD Muhammadiyah Danunegaran

23 September 2024   21:40 Diperbarui: 23 September 2024   21:43 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : dokumen pribadi

Sebagai pendidik, salah satu tugas penting kita adalah menciptakan lingkungan belajar yang relevan dan bermakna bagi peserta didik. Dalam rangkaian kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SD Muhammadiyah Danunegaran, saya berkesempatan menerapkan pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT) pada pembelajaran Pendidikan Pancasila di kelas V dengan sub bab "Persatuan dan Kesatuan di Lingkup Wilayah Kabupaten/Kota." Modul ajar yang disusun berfokus pada bagaimana peserta didik dapat memahami pentingnya persatuan dan kerja sama dalam masyarakat lokal peserta didik di Kota Yogyakarta. Pendekatan ini tidak hanya mengajarkan materi akademik, tetapi juga memanfaatkan budaya lokal yang dekat dengan kehidupan sehari-hari peserta didik, sehingga mereka dapat lebih mudah memahami dan mengaplikasikan konsep yang dipelajari.

Pendekatan Culturally Responsive Teaching (CRT) adalah pembelajaran tanggap budaya/pendekatan pembelajaran yang memperhatikan keberagaman budaya yang dimiliki oleh peserta didik. Tujuannya menciptakan lingkungan belajar yang menghormati keberagaman dan menciptakan pengalaman pembelajaran yang bermakna. Pendekatan ini dapat membantu peserta didik dalam memahami materi secara lebih mendalam karena merasa terhubung dengan pembelajaran. Dengan CRT, peserta didik dari berbagai latar belakang budaya merasa diakui dan dihargai, yang dapat meningkatkan motivasi serta keterlibatan mereka dalam proses belajar.

Pembelajaran berlanngsung dengan menerapkan prinsip CRT melalui beberapa kegiatan. Salah satunya adalah dengan menampilkan video Grebeg Sekaten, sebuah festival budaya khas Yogyakarta. Dalam kegiatan ini, peserta didik diajak untuk mengamati dan mendiskusikan kegiatan budaya lokal yang tidak hanya menarik bagi mereka, tetapi juga relevan dengan kehidupan sehari-hari. Selain itu, pembelajaran juga mengundang peserta didik untuk merefleksikan bagaimana budaya mereka dapat menjadi sarana memperkuat persatuan di lingkungan kabupaten/kota. Saya memberikan pertanyaan pemantik yang membangkitkan kesadaran budaya, seperti, "Bagaimana kita menjaga persatuan dan kesatuan di wilayah kita melalui festival budaya lokal?" Dengan demikian, peserta didik belajar bahwa budaya bukan hanya bagian dari warisan, tetapi juga alat yang efektif untuk membangun persatuan dan kerja sama di masyarakat.

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang digunakan dalam pembelajaran ini juga disusun berdasarkan gaya belajar dan latar belakang budaya peserta didik. Peserta didik  diberi tugas kelompok untuk menganalisis kerja sama antara pemerintah dan masyarakat di wilayah kota/kabupaten Yogyakarta. Tugas ini bukan hanya sekadar latihan pengetahuan, tetapi juga melibatkan peserta didik dalam memahami konteks budaya mereka, seperti pentingnya menjaga fasilitas umum yang dibangun oleh pemerintah daerah atau peran festival budaya dalam memelihara kebersamaan.

Melalui pendekatan ini, peserta didik tidak hanya belajar tentang konsep persatuan dan kesatuan secara teoretis, tetapi mereka juga melihat penerapannya dalam kehidupan sehari-hari mereka. CRT memungkinkan peserta didik menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di kelas dengan pengalaman nyata di masyarakat. Hasil dari penerapan CRT dalam pembelajaran Pendidikan Pancasila menunjukkan bahwa peserta didik lebih mampu bekerja sama dan berpikir kritis ketika mereka melihat relevansi pelajaran dengan kehidupan budaya mereka. Mereka lebih antusias dalam berdiskusi dan berkolaborasi dalam kelompok, yang dapat memperkuat kemampuan sosial dan keterampilan berpikir mereka.

Oleh : Khoinaturrohimah 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun