Mohon tunggu...
Khofifah Tania
Khofifah Tania Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Seorang mahasiswa jurusan Sastra Indonesia, saat ini berstatus mahasiswi semester 5

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Warisan Budaya Pernikahan Betawi-Sunda di Kampung Kelapa Citayam

18 Desember 2024   19:45 Diperbarui: 18 Desember 2024   19:45 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tradisi adat istiadat di kampung kelapa citayam menjadi sebuah ikon tradisi budaya yang masih diwariskan oleh warganya secara turun temurun. Pada Kampung Kelapa Citayam dipenuhi oleh warga dengan suku Betawi dan suku Sunda yang hidup saling berdampingan. Kekayaan tradisi yang diwariskan terlihat dalam setiap momen penting, utamanya saat-saat dilangsungkannya sebuah pesta pernikahan.


Pagelaran Pesta Pernikahan di Tanah Kampung Sendiri : Sebuah Warisan Yang Diteruskan

Di kampung kelapa, tradisi pernikahan masihlah kental dengan adat Betawi -- Sunda. Berbeda dengan perkotaan besar yang kebanyakan memilih Gedung sebagai tempat perayaan, di daerah ini pesta pernikahan sering diadakan di rumah atau halaman rumah keluarga. Semua warga memanfaatkan tanah sendiri untuk menggelar acara pesta pernikahan, menyiapkan dekorasi meriah, serta menyulap jalan menjadi sebuah singgasana kebahagiaan. Dengan lokasi pesta yang dekat, seluruh kerabat serta tetangga yang ada bisa dengan mudah ikut bergabung dan mempererat kebahagiaan.



Harmoni Dua Adat Dalam Satu Pernikahan

Pernikahan yang diadakan di kampung kelapa biasanya mengharmoniskan adat Betawi dan Sunda, sesuai dengan latar belakang kedua mempelai. Perayaan ini dilangsungkan selama dua hari, masing-masing untuk menghormati tradisi setiap suku. Seperti pada hari pertama, adat Betawi mengambil panggung utama dengan arak-arakan "Tepuk Dandang" yang penuh dengan nilai humor dan makna. Para ahli Betawi bersiap untuk menghadang rombongan pengantin pria, yang harus "menyelesaikan" rintangan melalui pantun serta silat.

Pada hari kedua, giliran adat Sunda yang menghiasi suasana. Pelaksanaan "mapag penganten" menjadi ikon penyambutan pasangan pengantin. Suara gamelan Sunda turut serta mengiringi langkah mempelai, diiringi juga dengan doa dan restu keluarga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun