Mohon tunggu...
Khofifah Albena Akbar
Khofifah Albena Akbar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi S1 manajemen yang menyukai berkuda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kasus Asuransi Jiwasraya dalam Persepsi Pemikiran Panopticon Jeremy Bentham dan Kejahatan Struktural Anthony Giddens

3 Juni 2023   13:32 Diperbarui: 3 Juni 2023   14:09 2185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemikiran Panopticon Jeremy Bentham

Filosof dan ahli hukum Jeremy Bentham (1748-1832) lahir di Spitalfields, London pada 15 Februari 1748. Karya-karya dari Bentham dikenal oleh banyak akademisi dan namanya pasti selalu menjadi bagian dari pendidikan. Namanya terkenal di bidang hukum, sering menyuarakan tentang ide-ide mengenai reformasi hukum, kritik terhadap doktrin politikal, dan yang pertama menghasilkan pembenaran atau justifikasi terhadap utilitarian untuk demokrasi. Selain itu Bentham juga sering berbicara mengenai reformasi penjara, agama, hukum internasional, dan subjek-subjek lainnya.
Dalam sebuah perjalannya ke Krichev di Rusia Putih pada tahun 1786 untuk mengunjungi saudaranya, Samuel yang kebetulan terlibat dalam mengelola proyek industri. Disana Samuel memperlihatkan area kerjanya, sebuah bangunan melingkar di pusat proyek yang menjadikannya sebuah sarana untuk para sejumlah manajer mengawasi begitu banyak aktivitas tenaga kerja, baik atau buruknya dari tempat Ia berdiri. Melalui pengalaman tersebut, Jeremy kemudian tertarik dan mulai mengembangkan suatu model atau pemikiran untuk diaplikasikan pada sebuah bangunan penjara. Kembali ke Inggris, Jeremy memfokuskan gagasannya yang kemudian disebut sebagai panopticon dan ditugaskan gambar dari arsitek, Wiley Reveley. Hingga pada tahun 1791, Jeremy Bentham berhasil menerbitkan sebuah materi yang telah ditulis sebagai sebuah buku dan terus menyempurnakan ide atau gagasan tersebut.

Konsep Panopticon

Terdiri dari dua kata pan- dan -opticon. Sebuah konsep jenis bangunan kelembagaan yang dirancang oleh Jeremy Bentham pada akhir abad ke delapan belas. Konsep desain ini disesuaikan dari dua kata tersebut, -opticon artinya mengamati dan pan- memiliki arti semua. Jadi, desain dari bangunan dengan jenis panopticon ini memungkinkan pengamat untuk mengamati semua penghuni dan aktivitas dari lembaga mereka tanpa harus mengatakan pada penghuninya bahwa mereka sedang diawasi. Desain dari panopticon ini memiliki struktur melingkar dengan "inspeksi" atau pengamatan berada di pusatnya, pengamat diposisikan di sekitar perimeter. Bentham sendiri sempat menjelaskan bahwa panopticon sebagai "cara baru memperoleh kekuatan pikiran atas pikiran." Mengapa demikian?

Karena efek utama dari mekanisme panopticon ini adalah timbulnya sebuah kesadaran dari penghuni-penghuni bangunan bahwa mereka sedang diawasi, dilihat, secara terus menerus oleh seseorang, kesadaran yang akhirnya mempengaruhi gestur dan gerak tubuh bahwa segala aktivitas yang dilakukan ada yang mengontrol dan mengawasi. Hal ini kemudian menyebabkan afanya efek kepatuhan bahkan ketakutan yang berlebih. Panopticon pada dasarnya tidak hanya mengacu pada sebuah desain bangunan, tetapi juga aspek dari dalam bangunan tersebut, kode detik aturan di dalam bangunan tersebut dan juga fasilitas yang ada seperti penyediaan cctv.

Teori pengaplikasian panopticon berdampak besar pada psikologi yang mengalami hal ini atau bisa dibilang, narapidana. Sejatinya, arsitektur dan psikologi sangat berkaitan. Ada sebuah displin ilmu psikologi arsitektur yang membahas studi tentang hubungan manusia dengan lingkungan yang ditinggali. Dalam disiplin ilmu psikologi arsitektur, mempelajari bahwa sebuah bangunan harus bisa memberikan nilai bagi manusia daripada hanya sekedar sebuah seni bangunan. Sehingga bangunan dapat memberikan dampak psikologis dalam desain mereka. Termasuk juga dengan konsep desain panopticon ini.

Kepatuhan, tertekan, ketakutan, was-was merupakan efek utama dari desain panopticon. Tujuan dari desain panopticon adalah adanya kesadaran dan efek jera terhadap niat atau tindak kriminal yang telah dilakukan dan/atau akan dilakukan. Bentham ketika merancang panopticon memiliki tujuan terselubung dalam membuat konsep ini. Selain untuk tujuan pendisiplinan, juga agar penjara dalam perawatan dan penanganannya lebih mudah dan murah daripada penjara yang ada pada masa itu, karena diperlukan sipir dan staff yang lebih sedikit.

Namun ada beberapa dampak negatif dari panopticon ini yakni jika dijalankan dalam waktu yang lama dan tanpa ada jeda atau istirahat sejenak maka ada kemungkinan terjadinya seseorang kehilangan kontrol atas ruang, secara psikologis kemampuannya untuk "berfungsi" akan kurang. Adanya perilaku tidak normal, kurang masuk akal, bahkan adanya kerusakan psikologis secara permanen hingga "kegilaan". Maka dari itu tetap ada suatu keseimbangan dalam sebuah bangunan penjara.

The Inspection House atau Rumah Inspeksi

Dalam sebuah buku Panopticon: The Inspection-House oleh Jeremy Bentham terdapat sebuah pembahasan mengenai rencana-rencana yang akan dibangun dalam sebuah bangunan penjara tersebut. Di dalam buku tersebut ditegaskan bahwa konsep desain panopticon membuat sebuah bangunan yang berbentuk melingkar atau lingkaran. Sel-sel untuk para narapidana dipisahkan satu sama lain dan dilarang untuk saling berkomunikasi. Sel-sel tersebut menghadap ke tengah, ke tempat dimana inspektur, staff, atau sipir akan mengamati ke sekitar lingkaran bangunan tersebut. Dari sel ke pusat bangunan ada sebuah ruang kosong yang dapat disebut sebagai area annular.
Masing-masing sel memiliki jendela yang cukup besar untuk memberikan cahaya yang cukup di dalamnya. Lingkar dalam sel dibentuk oleh besi yang berongga, sangat ringan dan tidak menutupi bagian manapun dalam sel dari pandangan inspektur. Dari bagian jeruji ini bagian yang cukup besar terbuka, berupa sebuah pintu, untuk menerima narapidana terlebih dahulu atau pintu masuk. Untuk menghalangi pandangan satu sama lain oleh narapidana, sekat-sekat dipasang beberapa kaki diluar kisi-kisi ke area tengah atau partisi. Dengan ini cahaya masuk dengan cara melalui sel-sel dan seterusnya ke area tengah.
Partisi-partisi tersebut berguna tidak hanya untuk mencegah agresi tetapi juga memicu agresi. Sebuah batasan ini memicu adanya teritori. Di dalam sebuah penjara, teritori merupakan suatu kasus yang normal terjadi. Ketika ruang atau sel memiliki suatu tanda atau batas teritori pribadi, maka ada suatu atmosfir dan keadaan sosial yang terjadi secara natural di sel-sel dan meningkatkan perasaan positif. Batasan teritori atau partisi dapat menciptakan suatu stabilitas dan mengurangi perseteruan di antara narapidana.
Umumnya bangunan panopticon berdiri dengan material yang umum yakni dinding beton berstruktur dengan jendela kaca tunggal tanpa bukaan di masing-masing sel, dengan ukuran sel 1x2 hingga 2x2 dan hanya terdapat tempat tidur juga wc. Biasanya didesain dua lantar atau lebih tergantung dengan kemampuan pengawasan tower pengamat. Akses untuk ke tiap lantai menggunakan tangga atau lift.

Reasons and Conclusions

Dalam mengembangkan konsep panopticon sebagai bentuk desain arsitektur penjara yang memiliki pengawasan efektif, Bentham memiliki alasannya sebagai berikut :
a) Pengawasan total, jika desain arsitektur tepat, maka pengawasan total dapat dilakukan dengan maksimal. Bentham menginginkan sebuah sistem dimana narapidana tidak pernah tahu kapan mereka diamati dan oleh siapa. Pusat pengawasan di tengah memungkinkan seorang pengawas yang dapat mengamati narapidana di sekelilingnya.
b) Efesiensi pengawasan, Bentham membuat desain melingkar agar pengawasan menjadi tidak terbatas dan tanpa harus berpindah-pindah tempat.
c) Pemantauan disiplin, konsep ini mengharapkan bahwa dengan pengawasan yang dilakukan secara konsisten akan menciptakan narapidana yang patuh dan disiplin. Sehingga tujuan dari konsep panopticon ini adalah kontrol sosial.
d) Pencegahan, pengawasan terus menerus secara konsisten memiliki fungsi sebagai suatu pencegahan tindak kriminal baik niat yang akan dilakukan atau yang sudah dilakukan. Sehingga kejahatan atau tindak kriminal akan berkurang, diharapkan efek ini tetap terasa sesudahnya karena ada perasaan diawasi yang terus menghantui.
Pada kesimpulannya, Jeremy Bentham membuat konsep ini tidak hanya untuk desain suatu bangunan, tetapi juga memiliki pemikiran sosial, politik, dan filosofis, utamanya dalam konteks pengawasan, kontrol sosial, dan disiplin masyarakat. Jadi konsep ini sejatinya dapat digunakan dalam berbagai konteks dan aspek, termasuk pendidikan, tempat kerja, bahkan cakupan area yang luas seperti pemerintahan dan negara.

Kejahatan Struktural Anthony Giddens

Seorang tokoh dalam akademisi, Anthony Giddens lahir pada 18 Januari 1938 di Edmonton, London. Mendapatkan gelar doktor di University of Cambridge dan akhirnya bisa menciptakan sebuah karya-karya dan pemikiran yang dihormati oleh akademisi lain. Dalam perjalanan karir akademiknya, Giddens telah menerbitkan lebih dari 30 buku dengan 200 artikel, esai, dan review. Isu yang dibahas pun luas dan sangat signifikan dalam lingkungan sosial yang modern.
Tidak hanya studi sosiologi, namun Giddens juga mendalami studi psikologi, linguistik, ekonomi, budaya, bahkan politik. Teori dan pendekatan yang diciptakan oleh Giddens bisa dibilang tetap berkaitan satu sama lain. Namun teori-teori dan studi yang dibahas Giddens dapat diidentifikasi dalam tiga kategori. Yang pertama adalah penyidikan sosiologis, yakni sebuah pembahas tentang peran sosiologi di masyarakat. Yang kedua adalah teori strukturasi, sebuah analisis antara struktur sosial dan kebebasan dan hak manusia untuk melakukan sesuatu. Dan yang ketiga studi tentang hubungan antara self/diri dengan masyarakat. Maksudnya adalah sebuah kemampuan dari dalam diri kita untuk menciptakan sebuah identitas.
Teori kejahatan struktural oleh Anthony Giddens masuk ke dalam identifikasi kedua yakni teori strukturasi. Teori strukturasi berawal dari kritik Giddens terhadap cara kerja strukturalisme, post-strukturalisme dan fungsionalisme dalam melihat struktur (Giddens, 1984). Konsep strukturasi ini untuk mempermudah melihat suatu realitas yang terstruktur dengan mengedepankan konsep agensi manusia. Caranya adalah dengan mengenali perbedaan antara konsep struktur dengan sistem. Strukturasi adalah sebuah kondisi untuk menjelaskan bagaimana sebuah tatanan relasi-relasi sosial terstruktur dalam hubungan timbal balik antara sang pelaku dengan struktur.

Konsep Kejahatan Struktural

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun