Semarang (04/08/2021), Tahun 2020 merupakan awal mula terjadinya pandemi Covid-19 di Indonesia. Sejak adanya pandemi semua aktifitas dibatasi untuk mencegah penularan. Hal ini menyebabkan kegiatan disemua bidang terganggu. Salah satunya dibidang ekonomi, banyak sekali pelaku ekonomi yang terdampak akibat pandemi. Keadaan ini memaksa pelaku ekonomi untuk terus berusaha mengembalikan roda ekonomi bagi keluarga, daerah ataupun negara sekalipun. Seperti salah satu pelaku ekonomi yang ada di Desa Kandri, beliau menadi salah satu terdampak pandemi. Kemudian beliau tercetus untuk membuat sebuah produk rumahan, dimana produk tersebut sudah terdaftar dalam jejeran UMKM di Desa Kandri. UMKM sendiri adalah usaha mikro kecil menengah yang dikelola perorangan. UMKM ini adalah UMKM Lesigo yang berupa hasil olahan ikan lele, dimana ikan lele diolah menjadi frozen food yang siap goreng. UMKM Lesigo ini dirintis sejak awal tahun 2020, sehingga masih tergolong baru serta dalam proses pengembangan. Karena masih baru maka belum stabil dalam penentuan jumlah dan waktu produksi untuk mencapai optimal.
Oleh karena itu, tercetus ide dari mahasiswa Undip untuk pembuatan Modul EPQ. EPQ (Economic Production Quantity) adalah suatu model dimana usaha/perusahaan dapat menentukan banyaknya jumlah produksi untuk meminimalkan total biaya produksi yang terdiri atas biaya persiapan produksi (set-up cost), biaya produksi (production cost), biaya penyimpanan (holding cost). Modul EPQ ini dibuat dengan tujuan untuk membantu pengelola dalam menentukan waktu dan jumlah produksi optimal selain itu sebagai masukan dalam menentukan sistem pengelolaan yang baik. Dalam modul EPQ berisi penjelasan mengenai EPQ, macam-macam biaya jenis biaya yang dikeluarkan, formulasi metode EPQ, dan data-data yang diperlukan dalam pengolahan EPQ. Diharapkan dengan adanya pengenalan metode EPQ kepada pengelola UMKM Lesigo dapat memberikan masukan dalam menentukan waktu dan jumlah produksi yang optimal.
Program EPQ ini dilaksanakan dengan memberikan modul EPQ kepada pengelola UMKM Lesigo kemudian mahasiswa Undip menjelaskan mengenai metode EPQ yang ada dala modul dan memaparkan hasil pengolahan data UMKM Lesigo dengan Metode EPQ. Pelaksanaannya dilakukan secara offline (tatap muka) di lokasi UMKM Lesigo tepatnya di RT03/RW04, Desa/kelurahan Kandri, Kecamatan Gunungpati.
Setelah pemaparan modul EPQ beserta hasil pengolahan data, pengelola UMKM sangat tertarik untuk mempelajari modul EPQ. Selama pemaparan, mahasisa membuka secara bebas apabila pengelola UMKM Lesigo ingin mengajukan pertanyaan seputar EPQ dan hasil pengolahan data.
Berdasarkan pemaparan dan hasil pengolahan data, diperoleh waktu produksi ang optimal. Selain itu dapat dilihat jumlah yang diproduksi agar mencapai optimal dan banyaknya biaya yang dikelauarkan dalam satu siklus produksi ataupun satu periode produksi. Jika dibandingkan hasil perhitungan dengan metode EPQ dan kebijakan UMKM Lesigo terlihat bahwa metode EPQ lebih efektif karena biaya yang dikeluarkan salam siklus produksi lebih rendah. Â Selisih yang dapat dilihat dari keduana yaitu sebesar 2,5%, keduanya memiliki kesamaan dalam jumlah produksi, waktu produksi dan waktu non produksi. Pemahaman dalam menentukan jumlah dan waktu agar mencapai optimal serta dapat meminimumkan biaya produksi diharapkan dapat membantu pengelola UMKM Lesigo dalam sistem pengelolaan.
Melalui modul EPQ diharapkan UMKM dapat lebih bijak dalam menentuka umlah item yang diproduksi, waktu optimal poduksi dan menghitung biaya yang dikeluarkan saat produksi. Program EPQ ini secara tidak langsung juga dapat menunjukkan bahwa ilmu matematika juga dapat diterapkan dalam dunia nyata, salah satunya melalui metode EPQ untuk membantu pengelolaan UMKM.
Penulis : Khofifah Dian Wulandari