Semua orang pasti merasakan masa-masa pandemi Covid-19 adalah masa yang kelam dan merupakan kondisi darurat bagi negara Indonesia. Seperti yang diinstruksi pemerintah, tidak boleh keluar rumah, interaksi harus selalu memakai masker, jaga jarak, dan hal semacamnya.Â
Jadi, jangankan untuk bekerja, untuk berpapasan saja itu dapat menimbulkan risiko penambahan kasus Covid-19. Karena orang-orang hanya di rumah saja, otomatis usaha-usaha makanan, minimarket, dan mall-mall mengalami penurunan pelanggan. Fokus pemerintah saat itu adalah untuk menekan angka Covid-19 agar tidak bertambah lagi, walaupun dengan risiko angka pengangguran semakin meningkat secara drastis.Â
Kondisi Covid-19 di Indonesia dapat dikatakan cukup parah. Krisis berciri simultan seperti ini sangat berpotensi besar menambah jumlah pengangguran terbuka sebanyak 3,5 juta hingga 8,5 juta orang sepanjang tahun 2020. Ini artinya tingkat pengangguran berpotensi naik dari kisaran 5,2 persen sampai 5,3 persen saat ini antara 7,7 persen dalam skala moderat dan 10,3 persen dalam skala berat.Â
Walaupun tidak mudah mengendalikan hal ini, namun pemerintah berusaha keras untuk melakukan berbagai cara agar wabah ini tidak semakin meluas dan krisis tidak berlangsung terus menerus.
Pada masa pandemi ini, jumlah pengangguran naik sangat drastis, membuat para pengusaha memutar otak untuk tetap bertahan di era pandemi ini tanpa berinteraksi satu sama lain secara langsung. Maka munculah eksistensi sebuah inovasi baru sektor ekonomi yaitu E-commerce. E-commerce adalah sebuah kegiatan jual/beli yang dilakukan menggunakan sarana elektronik.Â
Melalui E-commerce, penjual tidak perlu untuk bertemu konsumennya secara langsung melainkan hanya bertransaksi melalui digital. Ini sangat membantu para pengusaha untuk tetap dapat mendapatkan pemasukan walaupun mereka tetap di rumah saja. Karena pandemi inilah beberapa pelaku usaha mulai melirik platform ini dan mencoba peruntungannya di sini.
Namun tidak semua pelaku usaha memiliki minat dan keahlian yang sama terhadap platform E-commerce ini. Masih banyak pelaku usaha yang tetap ingin menjalankan usahanya dengan berjualan secara langsung dengan menggelar lapaknya. Dari munculnya E-commerce ini menimbulkan pendapat pro dan kontra.Â
Di satu sisi dengan adanya E-commerce ini sangat memudahkan bagi konsumen dan produsen yang mampu menggunakan sistem penjualan E-commerce dalam melakukan transaksi, mengefisienkan waktu dan tenaga. Namun di sisi lain menimbulkan kontra terhadap pihak toko retail dan toko-toko berbasis tradisional.Â
Mereka merasakan dampak munculnya E-commerce ini adalah berkurangnya minat masyarakat berbelanja secara langsung ke toko, karena dirasa lebih efisien menggunakan E-commerce. Karena inilah mereka secara berkala meminimalkan karyawan karena peminatan toko retail mengalami penurunan walaupun tidak signifikan sebagai akibat munculnya E-commerce ini.
Pergantian sistem penjualan yang mulanya dilakukan oleh manusia kemudian beralih ke sistem berbasis teknologi membuat munculnya angka pengangguran baru. Munculnya pengangguran karena tergantikannya tenaga manusia dengan teknologi ini sesuai dengan teori jenis-jenis pengangguran yaitu termasuk ke dalam jenis Pengangguran Teknologi.Â
Pengangguran Teknologi terjadi ketika tenaga manusia digantikan oleh mesin atau teknologi yang lebih efisien. Walaupun ini meningkatkan produktivitas, tetapi juga menciptakan tantangan baru dalam pasar tenaga kerja. Para pekerja yang kehilangan pekerjaan harus mencari cara untuk beradaptasi, misalnya dengan meningkatkan keterampilan atau beralih ke sektor pekerjaan yang tidak terotomatisasi.