idul fitri menjadi hari yang di tunggu-tunggu bagi umat muslim, dimana menjadi momen yang sangat sakral untuk bertemu sanak saudara  serta dapat mempererat tali silaturahmi. Hal ini juga di manfaatkan oleh nelayan batang, khususnya mereka  yang bermukim di Desa Klidang lor. Tidak sekedar berkumpul saja, momem silaturahmi antar nelayan di desa klidang lor juga di wujudkan dalam lomba dayung tradisional, sudah hampir 43 tahun tradisi ini di mulai namun masih lestari terjaga bahkan semakin meriah setiap tahunnya.
Pada mulanya tradisi lomba dayung ini bukanlah ajang perlombaan melainkan perkumpulan para nelayan untuk bersilaturahmi dimana selama setahun mereka akhirnya bisa saling berkumpul setelah sehari-harinya melaut Bersama klompoknya masing-masing. Biasanya satu hari sebelum pelaksannan lomba dayung masyarakat sekitar terlebih dahulu melaksanakan doa Bersama yang di pimpin oleh sesepuh masyarakat atau pemuka agama sebagai ungkapan syukur atas karunia dan nikmat yang di berikan oleh sang kuasa berupa hasil laut  yang melimpah serta Kesehatan selama melaut, kemudian di lanjut dengan acara karnaval mengitari desa sebagai pertanda atau pemberitahuan akan di mulainya lomba dayung pada esok harinya.
Namun karena antusias warga serta peserta yang membludak pada kala itu, akhirnya karnaval tersebut di tiadakan dengan alasan evesiensi waktu dan mengoptimalkan tenaga atlet dayung saat bertanding. dengan tidak diadakannya karnaval tersebut tidak mengurangi kemeriahan perlombaan dayung tersebut, terbukti pada tahun 2023 peserta yang mendaftar mencapai 400 lebih tim dengan kuota yang tersedia hanya 318 tim, pesertanya bukan hanya berasal dari batang saja bahkan ada yang dari pekalongan, Kendal bahkan dari luar karesidenan.
Dulunya lomba dayung di adakan di sungai klidang kidul namun karena beberpa faktor yang menyebabkan sungai tersebut dangkal bahkan sampai pernah kering akhirnya perlombaan tersebut di pindahkan ke sungai klidang lor yang juga menjadi normalisasi, dengan Panjang lintasan 500 m dan lebar 25m. pada tahun 2022 perlombaan tersebut di gelar di arena baru dilengkapi tribun dengan kapasitas 500 orang lebih yang saat ini masih dalam tahap pembangunan dan telah menghabiskan dana 36 Â miliar dari kementrian PUPR.
Dari tahun ketahun penampilan para peserta semakin unik. Tak hanya berbekal dengan skill dayung saja, para peserta juga biasanya unjuk kekompakan lewat yel-yel penyemangat dan seragam yang di kenakan. tak lupa peserta juga menghias perahu yang nantinya di gunakan untuk bertanding  untuk merebutkan hadiah puluhan juta.
Pemerintah kabupaten batang menjadikan lomba ini menjadi event tahunan yang mampu meningkatkan perekonomiam di sektor pariwisata. Tak hanya itu lomba dayung tradisional ini kerap melahirkan atlet-atlet dayung professional yang tak jarang kerap berprestasi di tingkat provinsi ataupun nasional
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H