Tak perlu bertepuk dada menyombongkan prestasi diri. Karena sebenarnya prestasi itu bukan murni hasil kita sendiri. Ada banyak peran orang lain yang mendukung prestasi yang kita capai.Â
Tanpa peran orang lain kita tidak akan mampu berbuat banyak. Cobalah kita menghitung berapa banyak orang ikut andil dan menopang perjalanan hidup kita.
Ketika seorang pebulu tangkis berhasil memenangkan sebuah kejuaraan (championship), ia pasti akan girang, senang dan bahagia merayakan kemenangannya.Â
Saat itu biasanya ia lalai akan asal usul dan latar belakang kenapa ia bisa menjadi juara. Ia tidak membayangkan hal-hal kecil yang mendukung keberhasilannya tersebut. Ia pasti enggan membayangkan siapa yang membuat raket, meskipun raket yang ia gunakan adalah merk terkenal tapi raket itu pasti dikerjakan oleh seorang buruh.
Siapa pula yang membuatkannya sepatu yang nyaman dipakai untuk bertanding? Pasti seorang buruh juga. Siapa yang mengantarkannya bisa datang tepat waktu di tempat kejuaraan? Pasti seorang sopir. Siapa yang menyediakan makanan bergizi dan minuman yang dikonsumsi agar staminanya kuat terjaga? Pasti orang lain. Siapa yang menjadi sparring partner-nya saat-saat latihan rutin? Dari sekian banyak orang yang mendukung kesuksesan kita, yang paling sering terlupakan juga adalah keluarga kita sendiri.
Karena hidup adalah sebuah rangkaian jaringan yang saling menguatkan dan saling mendukung, dengan begitu kita tak perlu jumawa, bertepuk dada atas sebuah raihan kesuksesan kita dalam hidup dan mengklaim secara mutlak sebagai hasil usaha kita sendiri apalagi sampai meminggirkan kehendak dan peran Sang Kreator kehidupan itu sendiri : Allah Swt.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H