Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kyai Janur Kuning (04)

6 Desember 2016   08:53 Diperbarui: 7 Desember 2016   02:31 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Sumber ilustrasi: Azimatpusaka.com)

Teriakan itu ternyata dari mulut Pangeran Basoko mereaksi upacara wisuda penobatan raja baru Prabu Sancoyo.

Dengan wajah merah padam Pangeran Basoko memandang sinis tajam ke arah Prabu Sancoyo yang sedang duduk di singgasana. Sementara Prabu Sancoyo kurang percaya diri membalas tatapan Pangeran Basoko, yang kakanya itu.

Melihat suasana yang serba tidak nyaman ini Permaisuri Sepuh Ajengastuti tampak iba.

Dengan nada meninggi Pangeran Basoko protes kepada Prabu Sepuh Mangkuwaseso, “Mohon maaf, Ayahanda Tuan Prabu Mengkuwaseso… Mengapa yang Ayahanda pilih menggantikan raja Pandhawan kok Adik Pangeran Sancoyo…?! Yang benar kan harus saya yang harus menggantikan Ayahanda Prabu… Sebab, putra Ayahanda yang terlahir dari Ibu Permaisuri itu tiga. Yang sulung, saya. Yang kedua adik Pangeran Waskito. Dan, yang bungsu adik Pangeran Sancoyo… Bagaimana toh putra bungsu kok bisa menjadi raja? Padahal saya masih hidup, segar bugar, tidak cacat fisik maupun psikis, Ayah?!!!”.

 “Pangeran Basoko, anakku… Bab wisuda penobatan raja Prabu Sancoyo sudah saya pikir masak-masak. Apa lagi, sebelum saya turun tahta, saya memiliki wewenang memutus semua perkara, termasuk memilih pengganti saya…!”, Prabu Sepuh Mengkuwaseso masih menunjukkan taringnya dengan maksud bisa meredam gejolak hati Pangeran Basoko.

Namun, tidak.

“Kalau begitu, Ayahanda Tuan Prabu Mengkuwaseso tidak adil. Membeda-bedakan para putra… wewenang saya selaku putra sulung , sudah Ayah rampas! Ayahanda berikan kepada adik Pangeran Sancoyo…! Dan, harga diri saya sudah ayah campakkan…!”.

Prabu Sepuh Mengkuwaseso yang baru saja mantan raja tambah naik darah.

“Pangeran Basoko… Tadi saya sudah bicara. Kekuasaaan saya tak terbatas.dan, kamu pasti sudah tahu, hukum ‘sabda pandhita ratu’. Ucapan raja harus sekali jadi, tidak boleh plin-plan. Sebab sekali raja berbicara maka akan tersebar keseluruh pelosok negeri. Bagaimana kalau saya plin-plan, ha?!!!”.

Melihat dua-duanya saling tidak mau mengalah, Permaisuri Sepuh Ajengastuti kembali mencoba mengerem emosi Pangeran Basoko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun