OLEH: Khoeri Abdul Muid
Pertarungan Marquez pada MotoGP Catalunya kemarin, dari sisi filsafat dapat dijadikan pembelajaran hidup.
Bahwa, biasanya Marques dalam total 6 balapan yang berlangsung selama 2014 ini, posisi startnya selalu pertama.
Namun pada MotoGP Catalunya ini posisi tersebut tidak ia dapatkan. Ia harus berangkat start di barisan kedua, karena ia hanya nomor 4 dalam kualifikasi.
Lalu, bagaimanakah seorang Marquez menghadapai balapan itu?
POSISI START
Marquez terima posisi start barisan dua itu dengan lapang dada, sehingga tetap saja tampak tenang dan percaya diri (PD).
Karena, mungkin ia sadari bahwa manusia punya batas kemampuan dan sebagai orang yang beriman, pastinya diyakini pula bahwa di balik itu semua ada suratan taqdir-Nya.
He he he....
Sebagaimana ia katakan, ada kendala yang ia rasakan dan ketika itu sulit teratasi.
Awal-awal Balapan
Setelah bendera merah berlalu dan lampu hijau menyala, start-pun mulai. Pada awal-awal balapan, Marquez tampak masih saja kesulitan untuk memimpin, sebagaimana biasanya.
Namun, begitu berhasil melampau rekan se-timnya, Pedroza, kemudian sukses menyalip Lorenzo ---yang sebelumnya sebagai pemimpin lomba yang digeser Rossi, kepercayaan diri Marquez tampak mulai mantap.
Dengan sabar ia buntuti Rossi ---yang dalam ukuran usia saat ini termasuk dibilang tampilan yang sangat mempesona, dan, setelah beberapa kali dicoba untuk menyalipnya namun masih saja gagal, kemudian suatu kali yang sangat mendebarkan itu, ia berhasil mendahului geberan Rossi.
Yup. Marquez memimpin! Yup. Tapi... wah... posisi Marquez terlalu melebar mengambil spel tikungan, bahkan sempat outline.
Ia berbuat kesalahan. Dan, kali ini gagal lagi usaha Marques.
AKHIR BALAPAN
Untungnya, pada akhir-akhir balapan, tampaknya Marquez segera menyadari kesalahannya dan segera melunasinya dengan bersungguh-sungguh “tobat” berbuat kebenaran.
Karena, pastinya Marquez juga menyadari bahwa manusia boleh saja selalu berusaha maksimal untuk benar dan benar. Namun karena keterbatasan manusia pula maka manusia tempatnya salah dan dosa juga.
Yang penting ya itu tadi: melunasinya dengan bersungguh-sungguh tobat berbuat kebenaran.
Di ujung-ujung lap, Marquez membalap kencang pada jalur balap ideal sembari semaksimal mungkin menutup ruang salip lawan, tentunya sesuai regulasi.
Sehingga akhirnya, Marquez berhasil melampaui Rossi dan memimpin.
Sementara Rossi juga akhirnya dibalap oleh Pedrosa. Namun sayang, Pedrosa yang sempat saling salip dengan Marquez di tikungan lap terakhir itu tak terhindari juga berbuat kesalahan, menyodok ban belakang Marquez yang telah berada pada jalurnya sendiri, sehingga karena blunder itu ia dibalap kembali oleh Rossi.
Dan, dengan sangat indah, fair, dan manusiawi balapan MotoGP Catalunya ini dimenangi oleh Marquez dengan runner-up Rossi dan Pedrosa diurutan tiga.
Marquez mendapat akhir yang baik, karena juga telah berbuat baik.
Saat ini, kita juga sedang bertarung dalam hajatan demokrasi.
Bisakah kita bertarung ala pertarungan Marc Marquez di Catalunya itu?
Salam!***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H