Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR penerbit buku ber-ISBN dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Aneh! Ketika Orang Lebih Taat pada Orang Lain Daripada Diri Sendiri

28 Desember 2024   04:07 Diperbarui: 28 Desember 2024   03:11 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Urip kuwi pancen aneh. Wong bisa mituruti wong liya. Nanging ana kalamangsane wong mau ora bisa mituruti awake dhewe. (Hidup itu memang aneh. Seseorang bisa mengikuti orang lain, tetapi ada kalanya ia tidak bisa mengikuti dirinya sendiri.)

Nasihat ini menyentuh fenomena unik manusia: kecenderungan untuk menyesuaikan diri dengan orang lain namun gagal mengendalikan dirinya sendiri. Pesan ini relevan dalam berbagai perspektif, baik agama, filsafat, maupun teori psikologi.

Perspektif Agama Islam

Dalam Islam, pengendalian diri (mujahadah an-nafs) adalah salah satu bentuk ibadah yang utama. Rasulullah SAW bersabda:
"Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat adalah yang mampu mengendalikan dirinya saat marah." (HR. Bukhari dan Muslim).

Nasihat ini mengingatkan bahwa ketaatan kepada Allah dan kemampuan mengikuti nilai-nilai-Nya lebih penting daripada sekadar menyesuaikan diri dengan kehendak manusia lain. Ketika seseorang kehilangan kendali atas dirinya, ia rentan terjebak dalam kesalahan, meskipun terlihat patuh kepada lingkungan sosialnya.

Perspektif Filsafat

Dalam filsafat eksistensialisme, terutama pemikiran Søren Kierkegaard, manusia sering menghadapi "ketidakaslian" atau kehilangan dirinya dalam upaya menyenangkan orang lain. Kierkegaard menyebut bahwa hidup yang otentik adalah ketika seseorang mampu mendengarkan "suara batinnya" daripada hanya mengikuti arus sosial.

Filsuf lain, Friedrich Nietzsche, mengkritik "mentalitas kawanan" (herd mentality), di mana individu lebih sering mengikuti orang lain daripada memimpin dirinya sendiri. Hal ini menunjukkan pentingnya memiliki kekuatan pribadi untuk bertindak sesuai prinsip dan keyakinan diri.

Perspektif Teori Psikologi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun