Pada suatu malam, Adrian berdoa untuk pertama kalinya. "Jika Engkau ada, tunjukkan jalan-Mu," bisiknya lirih. Tak lama setelah itu, ia mendapat kabar bahwa seorang mahasiswa bimbingannya berhasil memenangkan penghargaan internasional karena menggunakan konsep yang Adrian temukan bertahun-tahun lalu.
"Aku tidak pernah mengira ide itu akan berdampak sebesar ini," ujar mahasiswa tersebut.
Adrian tertegun. Ia merasa bahwa keberhasilan itu bukan sekadar kebetulan. Itu adalah jawaban dari Tuhannya.
Keesokan harinya, Adrian berjalan ke masjid terdekat. Dengan hati yang mantap, ia menemui seorang imam dan berkata, "Aku ingin mengucapkan Syahadat."
Di bawah bimbingan imam, Adrian melafalkan: Laa ilaaha illallah, Muhammadur Rasulullah. Air mata mengalir deras di pipinya. Semua rasa ragu dan kosong yang selama ini menghantuinya seolah menghilang dalam sekejap.
"Selamat datang di jalan kebenaran," kata imam itu sambil tersenyum. "Ini adalah awal dari perjalanan baru yang penuh berkah."
Setelah memeluk Islam, Adrian menjadi inspirasi bagi banyak orang. Ia menggunakan ilmunya untuk menjelaskan bahwa sains dan agama tidak bertentangan, melainkan saling melengkapi. Dalam sebuah seminar internasional, ia menyampaikan pesan yang menyentuh hati:
"Puncak dari pencarian ilmu adalah menemukan Sang Pencipta. Syahadat bukan hanya kalimat, tetapi kunci menuju hidup yang penuh makna."
Adrian kini hidup dengan tenang, menyadari bahwa jawaban dari semua pertanyaannya telah ia temukan: keyakinan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H