Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah_Sor_Pring]. REDAKTUR Penerbit dan mitra jurnal ilmiah terakreditasi SINTA: Media Didaktik Indonesia [MDI]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pengorbanan yang Tak Terduga

6 Desember 2024   12:49 Diperbarui: 6 Desember 2024   13:58 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, setelah seminggu, ada sesuatu yang mengerikan terjadi. Farhan kembali ke pesantren, hanya untuk menemukan Nadia sudah hilang. Bahkan, Kyai Ahmad terlihat sangat berbeda. Usianya tampak lebih muda, dan wajahnya penuh kebahagiaan yang tak bisa dijelaskan.

"Farhan," kata Kyai Ahmad dengan penuh kebijaksanaan, "kamu telah melewati ujian yang sangat berat, dan itu bukanlah sebuah kebetulan. Kamu telah memilih untuk mengorbankan keinginan duniawi, dan itu adalah pilihan yang tepat. Tapi, ada hal yang lebih penting yang harus kamu ketahui."

Farhan merasa gemetar. "Apa yang lebih penting, Kyai? Apa yang harus saya lakukan?"

Kyai Ahmad menghela napas panjang. "Nadia, wanita yang kamu temui, adalah wujud dari amal dan pengorbananmu. Ia datang sebagai ujian dan sebagai pengingat, bahwa kebahagiaan sejati hanya bisa dicapai ketika kamu melepaskan segala sesuatu tanpa pamrih. Nadia adalah penggambaran dari segala yang harus kamu lepaskan, dan sekarang kamu telah memahami makna sebenarnya."

Farhan tertegun. Ternyata, Nadia tidak nyata. Ia adalah simbol dari segala keinginan dan harapan yang harus ia lepaskan.

Kyai Ahmad melanjutkan, "Semua yang kamu lihat, Farhan, adalah perwujudan dari hatimu yang sedang berperang dengan keinginan dunia. Ketika kamu melepaskan semua itu, kamu akan melihat dunia dengan cara yang berbeda."

Farhan terdiam, mulutnya terasa kering. Ia merasa seolah-olah dunia ini tidak nyata, dan ia hanya menjalani sebuah ujian panjang tanpa sadar. Namun, kini ia menyadari---Nadia, pengorbanan, dan melepaskan keinginan dunia, semuanya adalah bagian dari perjalanan menuju kebahagiaan yang sejati.

Dengan mata yang terbuka lebar, Farhan akhirnya mengerti---pengorbanannya bukan untuk mendapatkan sesuatu, melainkan untuk menemukan kebahagiaan yang selama ini ia cari tanpa ia sadari. Kebahagiaan sejati datang bukan dengan mendapatkan apa yang kita inginkan, tetapi dengan menerima apa yang sudah ada.

Dan, di balik itu semua, ada sebuah kenyataan yang mengejutkan: Farhan, yang selama ini merasa terjebak, kini bebas dari beban keinginannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun