Zaki merasa dunia seolah terbalik. Segala keraguan yang membelenggunya seolah lenyap begitu saja. Ia mulai memahami bahwa iman tidak bisa dibuktikan oleh logika atau bukti fisik, melainkan datang ketika hati seseorang benar-benar siap untuk menerimanya.
Dan di situlah, Zaki menyadari sesuatu yang mengejutkan: Selama ini, ia mencari jawaban di luar dirinya, padahal jawabannya sudah ada di dalam hati yang paling dalam---iman bukan untuk dibuktikan, melainkan untuk diterima.
Akhirnya, dengan penuh ketenangan, Zaki menatap Kyai Abdul Rahman dan berkata dengan suara yang penuh keyakinan, "Kyai, saya sekarang mengerti."
Namun, di dalam hati Zaki, ia tahu---perjalanan iman itu belum berakhir. Itu baru saja dimulai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H