Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bayang-Bayang Selembar Kertas

30 November 2024   11:37 Diperbarui: 30 November 2024   11:37 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Hingga detik terakhir, aku tidak pernah menyangka bahwa semuanya akan berakhir seperti ini.

"Pak, saya mohon. Ini salah paham. Saya... saya tidak mencuri...," suara Mila bergetar. Matanya basah menatap Pak Hadi, kepala sekolah, yang hanya menatap dingin. Di sekelilingnya, rekan-rekan kerja yang biasa menyapanya ramah kini memandang dengan penuh curiga.

"Bukti sudah jelas, Mila. Kami menemukan salinan soal ujian dan jawaban di laci mejamu. Itu pelanggaran serius. Apalagi jika terbukti kau menjualnya ke siswa," suara Pak Hadi datar, tapi menusuk seperti pisau.

Mila membeku. Jantungnya berdegup kencang. Laci itu---ia tahu pasti bukan ia yang menaruh dokumen itu di sana. Tapi siapa yang akan percaya? Air matanya mengalir, mencerminkan kepedihan yang tak mampu diungkapkan dengan kata-kata.

Di sudut ruangan, Rahmat berdiri dengan wajah tenang. Ia tidak menatap Mila, tapi ada senyum tipis di bibirnya---sekelebat kemenangan yang hanya ia rasakan sendiri.

Beberapa bulan sebelumnya, Mila memergoki Rahmat di ruang guru. Pria itu sedang sibuk menggandakan beberapa dokumen.
"Mas Rahmat, itu soal ujian, kan?" tanya Mila dengan nada curiga.

Rahmat tersentak, tapi cepat menguasai dirinya. "Iya, tapi cuma buat bantu anak-anak. Mereka kan butuh belajar. Jangan lebay, Mil."
"Bantu? Dengan cara curang?" Mila melipat tangan di dada.

Rahmat mendekatinya, senyumnya melebar. "Mil, kau ini terlalu idealis. Hidup nggak bisa cuma pakai aturan, tahu? Aku cuma mau tambahan penghasilan. Anak-anakku butuh makan. Istriku sakit. Kau paham kan?"

Mila menatapnya penuh rasa iba, tapi ada kemarahan di hatinya. "Mas Rahmat, kita ini guru. Kalau kita melanggar, apa yang akan dicontoh murid-murid kita?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun