Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bayang-Bayang Selembar Kertas

30 November 2024   11:37 Diperbarui: 30 November 2024   11:37 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rahmat terkekeh sinis. "Terserah kau, Mil. Tapi kalau kau berani bicara ke siapa pun soal ini, aku pastikan kau yang kena."

Mila menggelengkan kepala, menahan amarah dan ketakutan. Ia tahu Rahmat punya koneksi kuat di sekolah ini. Ia hanyalah guru muda yang baru memulai karier.

Pagi itu, Mila mematut diri di depan cermin. Ia baru saja diterima sebagai guru tetap setelah bertahun-tahun menjadi tenaga honorer. Senyum penuh harap terpancar di wajahnya.

"Bu Mila, jadilah guru yang baik. Jangan lupa untuk selalu menjaga nama baik sekolah," pesan ibunya beberapa hari sebelumnya. Mila bertekad memegang prinsip itu. Ia ingin menjadi teladan bagi murid-muridnya, mengajarkan integritas dan kejujuran.

Namun, dunia kerja tidak seideal yang ia bayangkan. Banyak rekan yang bermain curang demi keuntungan pribadi. Ia berusaha tetap lurus, tapi menjadi jujur ternyata bukan hal yang mudah.

"Selama kau bersih, kau aman," pikir Mila. Tapi idealismenya itu hancur saat ia dihadapkan pada fitnah yang kejam.

Mila berjalan keluar dari gerbang sekolah untuk terakhir kalinya. Ia telah dinyatakan bersalah atas tuduhan mencuri dan menjual soal ujian. Semua impiannya runtuh dalam sekejap.

Rahmat berdiri di sudut gerbang, menatap punggung Mila dengan senyum puas. Kini ia bebas dari ancaman.

Namun, karma bekerja dalam senyap. Seminggu kemudian, Rahmat ditemukan pingsan di ruang guru, tangannya menggenggam selembar surat.

"Yang jahat akan dibalas jahat. Bayang-bayang dosa tak pernah bisa kau tinggalkan. Aku sudah mati, tapi kebenaran akan hidup."

Surat itu bukan milik Mila, melainkan tulisan anonim dari seseorang yang selama ini mengawasi Rahmat. Orang itu tahu semua rahasia kelam Rahmat, dan kini giliran Rahmat yang harus menghadapi ketakutan akan bayang-bayang kebenaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun