Mbok Rondho, ibu Suli, menimpali dengan nada tinggi. "Kanjeng, ini semua akal-akalan Ki Gedhe! Ia ingin menjadikan Suli istrinya. Karena anak saya menolak, ia malah memperkarakan masalah ini ke kadipaten!"
Adipati menatap tajam ke arah Ki Gedhe. "Ki Gedhe Kemiri, jika kamu memang benar, kenapa mengaku-ngaku sebagai danyang untuk menekan Suli? Saya tidak akan membiarkan hal ini melukai kehormatan rakyat saya."
Dengan keputusan yang bijak, Adipati Jayakusuma memutuskan. "Demi menjaga keamanan dan martabat Suli, saya tempatkan dia dan anaknya di kadipaten. Patih Penjaringan, kawal mereka ke tempat yang layak."
Permaisuri segera membawa Suli dan Mbok Rondho keluar. Setelah suasana tenang, seorang tamu baru tiba.
"Permisi, Kanjeng Adipati," ujar pria itu.
"Siapa dia, Penjaringan?" tanya Adipati.
"Ki Gedhe Jambeyan, Kanjeng," jawab Patih.
Ki Gedhe Jambeyan melapor. "Kanjeng Adipati, ada seorang bule bernama Baron Sekeber di Gunung Patiayam. Ia menghimpun para brandal dan membendung sungai, menyebabkan kekeringan di desa sekitar. Ia bahkan menantang Kanjeng Adipati secara terang-terangan."
Adipati mengepalkan tangan. "Berani sekali! Penjaringan, kumpulkan prajurit terbaik kita. Setelah ini, kita akan menghadapi Baron Sekeber secara langsung. Penghadapan selesai!"
BERSAMBUNG.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H