"Permisi, Kanjeng Adipati," ujar seorang pria tua sambil membungkuk.
"Itu Ki Gedhe Kemiri," bisik Penjaringan.
"Baik, segera suruh maju," perintah Adipati.
Ki Gedhe Kemiri melangkah maju, diikuti seorang wanita muda bernama Suli dan ibunya, Mbok Rondho. Setelah memberi hormat, ia menyampaikan keluhannya.
"Kanjeng Adipati, saya minta keadilan. Wanita muda ini, Suli, berani mengaku punya anak di luar nikah dengan 'danyang' Kemiri. Itu jelas menghina saya sebagai Ki Gedhe Kemiri. Sumpah, saya tidak pernah melakukan apa-apa dengannya," adu Ki Gedhe.
"Ki Gedhe, maksudmu 'tidak pernah melakukan apa-apa' itu apa? Jelaskan!" perintah Adipati dengan tegas.
"Saya tidak pernah melakukan hubungan seperti suami istri dengannya, Kanjeng."
Adipati mengalihkan pandangannya kepada Suli. "Benarkah yang dikatakan Ki Gedhe?"
Suli yang semula gugup, mengumpulkan keberanian untuk berbicara. "Tidak, Kanjeng Adipati. Saya memang punya anak, tapi anak itu adalah hasil hubungan saya dengan danyang Kemiri, bukan dengan Ki Gedhe."
"Lho, apa maksudnya danyang Kemiri?" Adipati mengernyitkan dahi.
"Danyang itu makhluk halus, Kanjeng. Saya sering bertemu dengannya di sendang selatan desa," terang Suli dengan penuh keyakinan.