Mata Anindya membulat. Ia ingat jelas. Ia sudah merobek halaman ini---sebulan lalu.
Langit perlahan berubah menjadi gelap. Namun, di ujung cakrawala, semburat merah muda mulai terlihat. Embusan angin pagi membawa kehangatan yang samar. Anindya berdiri perlahan.
"Setiap malam pasti melahirkan Fajar yang baru," gumamnya. Langkah kakinya ringan, meninggalkan taman yang perlahan diterangi cahaya pagi. Untuk pertama kalinya, ia merasa bebas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H