Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menghapus Dosa

27 November 2024   22:04 Diperbarui: 27 November 2024   22:09 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi "Menghapus Dosa". dokpri

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Damar duduk di sudut ruang tamu yang gelap, hanya diterangi cahaya lampu temaram dari meja sebelah. Tangannya gemetar memegang secangkir kopi, namun ia tidak meminumnya. Pikiran dan hatinya berperang, mengingat kejadian-kejadian yang tak bisa ia ubah.

"Damar, apa kamu sudah siap untuk bertanggung jawab?" suara itu masih jelas terdengar di telinganya. Suara istrinya, Kania, yang dulu penuh cinta, kini hanya menyisakan amarah.

Damar menarik napas panjang, mencoba meredam gelisahnya. Tidak, ia tidak bisa lagi mundur. Waktu itu sudah lewat. Seperti air yang telah terbuang dari gelas, ia tidak bisa kembali lagi.

Sepuluh tahun lalu, ia membuat pilihan yang salah. Ketika itu, ia lebih memilih kejaran uang dan kesenangan sementara ketimbang keluarga yang telah setia bersamanya. Keputusan itu mengubah segalanya. Kania pergi dengan anak mereka, meninggalkan Damar dalam penyesalan yang mendalam.

Kini, setelah bertahun-tahun, ia baru menyadari betapa besar kerusakan yang telah ia timbulkan. Setiap kali ia menatap cermin, ia melihat wajah yang tidak lagi dikenalnya. Di balik wajah itu, ada bekas luka dari setiap kebohongan yang ia torehkan. Setiap malam, Damar bertanya pada dirinya sendiri, apakah ia masih layak disebut manusia?

"Sekarang aku akan memperbaiki semuanya," bisiknya pada dirinya sendiri, berharap kata-katanya menjadi kenyataan. Ia memutuskan untuk mulai berbuat kebajikan---dari hal kecil, dimulai dengan menolong orang yang membutuhkan.

Keesokan harinya, Damar datang ke rumah anak yatim. Ia memberi mereka donasi yang telah ia siapkan, dan untuk pertama kalinya, ia merasa ada sedikit ketenangan dalam hatinya. Namun, ketenangan itu hanya sementara. Saat ia pulang, langkahnya terasa semakin berat. Ada perasaan tidak terpuaskan yang mengganggunya.

Suatu malam, saat Damar berjalan di jalan sepi setelah mengunjungi sebuah panti sosial, ia bertemu dengan seorang pemuda. Pemuda itu mengenakan pakaian lusuh, wajahnya pucat dan lelah.

"Bapak, apakah bapak bisa memberikan sedikit uang?" tanya pemuda itu dengan suara rendah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun