Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pelangi di Setiap Badai

27 November 2024   05:33 Diperbarui: 27 November 2024   08:45 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Beberapa minggu kemudian, Lila mendaftar di sebuah universitas di kota. Ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan, dan dengan hati-hati, ia mengungkapkannya kepada ayahnya.

"Ayah, aku diterima di universitas! Aku bisa belajar di kota!" Lila tidak sabar untuk melihat reaksi Pak Rauf.

Pak Rauf terdiam lama. Matanya menatap jauh ke luar jendela. Hujan yang turun sudah reda, dan langit tampak cerah. "Aku sudah bilang, itu hanya mimpi, Lila." Suara Pak Rauf terputus, namun kali ini, ada kepedihan yang lebih dalam.

Lila menunduk. Ia tahu bahwa impian ini adalah pertarungan besar yang tidak mudah dimenangkan. Namun, ia tidak bisa berhenti.

"Lila," Pak Rauf akhirnya berkata pelan, "jangan pergi... Aku takut kamu akan terluka. Aku tidak ingin kehilanganmu."

Air mata Lila kembali jatuh. Ia mendekat dan memegang tangan ayahnya, tangannya yang sudah keriput oleh kerja keras. "Ayah, aku akan kembali. Aku janji. Aku tidak akan melupakan kalian."

Pak Rauf menatapnya dengan tatapan penuh kekhawatiran. "Aku hanya ingin yang terbaik untukmu, Lila. Tapi... aku tidak tahu apakah dunia luar itu baik untukmu."

Tahun-tahun berlalu. Lila sukses menyelesaikan pendidikannya, meskipun tidak mudah. Ia bekerja keras, mengorbankan banyak hal untuk mencapai mimpinya. Di sisi lain, Pak Rauf tetap di desa, menjaga sawah dan hidup dengan rutinitas yang sama. Meski diam-diam, ia bangga pada putrinya, tetapi rasa takut dan cemas tetap membelenggu hatinya.

Suatu hari, Lila kembali ke desa setelah lulus. Ia membawa kabar baik: Ia mendapatkan pekerjaan di sebuah lembaga yang membantu petani di daerahnya. Ia ingin mengubah kehidupan mereka dengan ilmu yang ia peroleh.

Namun, hari itu, hujan deras kembali turun, lebih deras dari sebelumnya. Ketika Lila berjalan pulang, tiba-tiba ia merasakan sesuatu yang aneh di dadanya. Rasa sakit yang tidak bisa dijelaskan. Ia berlari pulang dengan napas terengah-engah.

Pak Rauf melihat Lila dengan cemas. "Lila, ada apa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun