Mohon tunggu...
Khoeri Abdul Muid
Khoeri Abdul Muid Mohon Tunggu... Administrasi - Infobesia

REKTOR sanggar literasi CSP [Cah Sor Pring]. E-mail: bagusabdi68@yahoo.co.id atau khoeriabdul2006@gmail.com HP (maaf WA doeloe): 081326649770

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hikmah di Balik Masalah

25 November 2024   20:53 Diperbarui: 25 November 2024   21:25 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

OLEH: Khoeri Abdul Muid

Andhadha andhadhagi kanggo dandan-dandan.

Di sebuah desa kecil yang indah, di tengah sawah yang menghampar luas, Jaka Rembulan adalah sosok pemuda yang dikenal penuh semangat. Ia bukan hanya pekerja keras, tetapi juga orang yang sangat mencintai tanah warisan keluarganya. Ladang yang telah diwariskan turun-temurun oleh ayahnya adalah segalanya bagi Jaka. Namun, pada suatu hari yang panas, sebuah kesalahan besar terjadi.

Saat itu, Jaka sedang membersihkan sampah dengan api kecil, namun angin yang tiba-tiba datang membawa kobaran api ke ladang yang sangat luas. Tak terkontrol, api itu semakin besar, dan dalam waktu singkat, hampir seluruh ladang ayahnya dan ladang-ladang tetangga terbakar. Tanaman yang telah mereka rawat bertahun-tahun hancur lebur.

Warga desa pun datang berlari. "Jaka! Kamu tahu apa yang telah kamu lakukan?!" teriak Pak Sastro, tetangga yang tanahnya juga terbakar. "Kamu telah menghancurkan segalanya! Ladang kita rusak semua karena keteledoranmu!"

Jaka berdiri di tengah kebakaran yang memusnahkan segala harapan, matanya kosong, hanya ada perasaan bersalah yang luar biasa. Ia hanya bisa menundukkan kepala, tak mampu berkata-kata.

Namun, di tengah kepedihan yang begitu dalam, Ki Sancaka, seorang tetua desa yang dihormati, mendekat dengan langkah tenang. "Jaka, ayo ikut aku," katanya sambil memandang Jaka dengan tatapan yang penuh makna.

Jaka yang kebingungan, tanpa berkata apa-apa, mengikuti Ki Sancaka ke tepi desa. Mereka duduk di bawah pohon beringin yang rindang, jauh dari keramaian.

"Ki, aku telah merusak segalanya. Tanah ini, harapan keluarga, aku yang membuatnya hancur," kata Jaka dengan suara gemetar.

Ki Sancaka menatap Jaka dengan bijak. "Jaka, jangan biarkan rasa bersalahmu menutup mata hati. Masalah yang datang, sesulit apapun itu, memiliki hikmah yang lebih besar daripada kesedihan yang kita rasakan. Kamu merasa semua sudah berakhir, tapi sesungguhnya, ini adalah awal dari perjalanan baru," katanya perlahan.

Jaka terdiam. "Tapi, Ki, apa yang bisa aku lakukan untuk memperbaikinya? Semua sudah hancur."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun